Jumat, 10 Januari 2014

Raden Bekel Prawira Purba

Kisah Ndoro Purba Cucu HB VI
Disarikan dari
“Ndoro Purbo-Perjalanan-Auliya”
Oleh M. Munawar

Sebelumnya ane sampaikan bahwa Kisah Ndara Purba ini menurut M. Munawar diperuntukkan untuk kalangan terbatas saja. Akan tetapi melihat perkembangan masyarakat yang tidak banyak tahu tentang Ndara Purba bahkan ada yang merusak makam beliau. Ane beranggapan perlu sedikit banyak menyampaikan apa yang dimuat didalam kisah tersebut, dengan harapan akan menginspirasi banyak orang dan menjadikan kita semua pribadi yang baik yang bisa menghargai para leluhurnya dan menjadi orang baik yang bermanfaat kepada sesama.
Selain itu ane juga tidak sepenuhnya menuliskan apa yang ada dalam buku tersebut melainkan menjadikannya sebagai sumber referensi dengan tambahan dan pengurangan, sehingga apa yang dituliskan disini tidak letter leks (identik).


Pendahuluan
Pendapat dan pandangan mengenai Raden Bekel Prawira Purba
Secara wadag/fisik/lahiriah
Berperawakan kurus karena gemar melakukan laku prihatin, sekilas terlihat seperti orang gila. Cara berpakaian yang aneh memberi kesan seorang gembel dengan perawakan gemuk. Karena berpenampilan gembel beliau sekilas menakutkan bagi anak-anak karena dianggap gila. Tetapi penampilan yang seenaknya dan tidak perduli tersebut sebenarnya sekaligus menunjukkan bahwa beliau sudah tidak terikat dengan duniawi, terkandung juga kepribadian mulia dengan ilmu kehidupan yang tinggi, dan tidak mengedepankan materi untuk diri sendiri melainkan untuk kemanusiaan dan sesama.
Cara berpakaian ndara Purba (beliau terkenal dengan sebutan tersebut) memang tergolong unik, beliau mengenakan ikat kepala tiga lembar sekali pakai (dobel) dengan ikat yang paling baik di sebelah dalam, dan yang paling jelek di sebelah luar. Baju Surjan juga demikian pula, rangkap tiga dengan baju luar yang sudah penuh tambalan berbentuk jubah dengan tempelan kantung yang ada isinya. Adapun baju yang disebelah dalam lebih baik dari baju luar tersebut. Kain batik (dikenakan sebagai sarung) terdiri dari tujuh lapis yang dirangkap lapis tujuh dan dikenakan sekali bebat (gulung). Adapun pengikat (kain bebet/sabuk) terdiri atas tiga lapis yang diknakan sekaligus.

Pandangan Menurut Belanda
Gerakan kebangsaan pada awal abad 20 maupun perjuangan pada abad 19 membuat Belanda cukup represif terhadap gerakan kebangsaan yang bersifat perlawanan fisik, sehingga orang-orang yang mempunyai kelebihan (baca:sakti) cukup diwaspadai oleh Belanda dikarenakan kekhawatiran dapat melakukan perlawanan fisik atau setidak-tidaknya mempunyai massa/pengikut/pendukung dan dapat melakukan perlawanan.
Sri Sultan sempat dianggap oleh Belanda menyelundupkan orang sakti karena Ndara PUrba pada saat itu berada dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Awal mula terungkapnya kesaktian beliau didepan umum terjadi saat Sri Sultan menerima tamu-tamu Belanda secara resmi kenegaraan di pendopo keratin. Raden Bekel (RB) Prawira Purba dianggap pamer kesaktian dihadapan Sri Sultan dan diketahui tamu-tamu Belanda. Terhadap hal tersebut Sri Sultan menganggap perilaku Ndara Purba tersebut adalah perbutan gila dan kurangajar. Semenjak itu RB Prawira Purba dianggap orang gila oleh Sri Sultan. (uraian kisah tersebut akan diuraikan nanti). Sebenarnya jalan hidup penuh penderitaan semenjak kecil, ju8ga berperan terhadap kepribadian Ndara Purba yang dikemudian hari dianggap mempunyai perilaku yang aneh.

Menurut masyarakat umum
RB Prawira Purba adalah pribadi yang unik dan termasuk pribadi yang diharapkan sekaligus ditakuti. Beliau merupakan pribadi yang berterus terang sekaligus menjadi tempat meminta doa,solusi atas berbagai permasalahan. Tetapi sebagai pribadi yang sudah dekat dengan Tuhan, beliau mungkin terkadang dapat mengetahui firasat-firasat apa-apa yang akan terjadi yang merupakan rahasia Tuhan. Bila hal tersebut merupakan hal yang baik, maka masyarakat tentu akan senang namun bila hal tersebut merupakan hal yang tidak baik masyarakat akan ketakutan (dan merupakan keunikan kepribadian Ndara Purba dimana beliau terkadang menyampaikan hal-hal/firasat-firasat negative yang kemudian difahami setelah hal tersebut terjadi).
Secara Sprirtual
RB Prawira Purba merupakan pribadi yang tidak banyak berbicara, beliau selalu bertafakur kepaa Tuhan. Bahkan benyak gerak dan tingkah laku beliau dapat dibaca sebagai isarah/firasat . Isarat-isarat tersebut bias bermakna perseorangan maupun secara umum. Beliau diyakini selalu mendaimkan diri sebanyak mungkin bertafakur kepada Tuhan dan sedikit berbicara dengan manusia.

Banyak yang beranggapan bahwa beliau merupakan seorang aulia/kekasih Tuhan. Hal tersebut nanti bias dilihat dari kisah-kisah beliau baik isarahnya, pergaulannya dengan rakyat, maupun sikap beliau terhadap Belanda.

Perkembangan Politik 1880-an
Pada waktu itu terjadi dualisme di Mataram karena perbedaan politik dan kepentingan, maka terjadi perebutan pengaruh. Patih pengemban Pangeran Pati berhasil menyingkirkan putra mahkota. Tahun 1883 Gusti Pangeran Haryo Muhammad Surenglogo tertangkap di Balerante dan diasingkan oleh Belanda. Rencananya putra mahkota ini akan dibuang dari Batavia ke Ceylon. Akan tetapi karena Gunung Krakatau meletus, maka kapal yang membawa beliau tidak dapat melewati Selat Sunda dan terbawa arus kearah timur. Akhirnya Belanda merubah pengasingan beliau yang sedianya ke Ceylon menjadi ke Manado. Para Bangsawan pendukung beliau juga banyak mengalami tekanan dan pembuangan. Seorang diantaranya adalah Gusti Pangeran Haryo Suryo Mentaram yang mengalami pembuangan ke Pulau Timor. GPH Suryo Mentaram dengan berat hati menyerahkan putra beliau yang bernama Raden Mas Kusrin kepada saudaranya GPH Surya Putra dan meninggalkan sang anak ke Timor.
RM Kusrin lahir pada hari Rabu Legi mempunyai watak dasar yang kaku dan pendiam, beliau dibesarkan dan dirawat oleh sang paman (GPH Surya Putra) tidak beda dengan anaknya sendiri. Semenjak berpisah dengan orangtuanya RM Kusrin tumbuh menjadi seorang anak yang pendiam dan pemurung. Menyaksikan orangtuanya yang harus diasingkan demi membela keyakinan dan kebenaran membuat RM Kusrin lebih banyak menyendiri dan menyepi dan bertafakur.
Remaja
RM Kusrin tumbuh menjadi remaja yang gemar melakukan laku prihatin, dia lebih suka mengadukan permasalahan hidunya kepada Tuhan. Setelah cukup umur, beliau dibawa sang paman GPH Surya Putra menghadap Sri Sultan untuk memohon pekerjaan, dan oleh Sri SultanRM Kusrin diterima dan diberi jabatan sebagai Bekel Punakawan dengan gelar Raden Bekel Prawira Purba.
Setelah berumur 20 tahun RB Prawira Purba menikah dengan seorang gadis desa. Gadis desa tersebut bernama Jiwaningsih puteri Pak Jiwa dan tinggal diluar beteng keraton (luar beteng pada saat itu sekaligus menunjukkan strata sosial sebagai rakyat jelata). Pada saat menerima lamaran RB Prawira Purba, Jiwaningsih diperintahkan ayahnya untuk teteki (laku prihatin) sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan karena mendapatkan pasangan dari kalangan ningrat. Upaya sesuci tersebut sebagai persiapan untuk menikah dan menjalani hidup baru agar Tuhan memberikan perkenan dan keselamatan.
Setahun setelah menikah dengan Jiwaningsih, RB Prawira Purba dikaruniai anak bernama Raden Ayu (RA) Sukiyi. Kehadiran RA Sukiyi perlahan membasuh kepahitan hidup yang dialami RB Prawira Purba, sedikit demi sedikit kelucuan seorang anak mulai menjadi penghibur dan sumber kebahagiaan beliau. Akan tetapi memang takdir Tuhan berjalan lain, pada saat RA Sukiyi berumur 5 tahun mengalami sakit dan berpulang ke Rahmatullah. Kesedihan akibat ditinggal puteri tersayang juga menambah derita dan sakit yang kemudian dialami RA Jiwaningsih. Setahun sesudah meninggalnya puteri kesayangan, RB Prawira Purba harus mengalami kesedihan ditinggal isteri tercinta.
Dalam usia 26 tahun beliau kembali sendiri, hidup tanpa orangtua, ditinggal mati anak dan isteri, merupakan goncangan dan tekanan bagi RB Prawira Purba saat itu. Dalam keadaan sendiri akhirnya beliau kembali menemukan tempat pelarian Abadi, yaitu Tuhan. Setiap hari kehidupan beliau dijalani dengan tafakur, baik tidur, duduk, berdiri maupun berjalan. Makan minum terkadang sampai lupa, tidurpun sering dilewatkan. Yang dilakukan adalah berjalan kaki siang malam dengan berdiam diri, beliau lakukan sampai jauh kearah utara. Setelah sekian lama berjalankaki sampailah beliau di makam Sunan Kalijaga di Kadilangu (daerah sekitar Demak). Beliau menghabiskan waktu di makam Sunan Kalijaga, yang dilakukan hanya bertafakur terus menerus bahkan tidak mengunjungi kerabatnya yang menjadi isteri Bupati Demak saat itu. Setelah beberapa waktu akhirnya beliau kembali berjalan kea rah selatan terus mengarah kembali kearah Yogyakarta.
Setelah kembali ke Yogyakarta beliau menjadi seorang yang pendiam dan jarang berkomunikasi dengan siapapun. Kehidupan beliau jalani dengan lebih banyak berdiam diri. Pada suatu hari di Keraton Yogyakarta sedang menyusun perhelatan penting dan direncanakan akan hadir tamu-tamu pejabat Belanda. Beberapa waktu sebelumnya telah diadakan persiapan, Raden Bekel (RB) Prawira Purba yang memang menjadi Bekel di Keraton Yogyakarta menjadi petugas yang mengatur Sinoman (Sinoman secara arti adalah muda-mudi disini berarti sebagai pelayan yang menyajikan makan/minuman bagi para tamu). Setelah sekian lama menghilang, RB Prawira Purba kembali dating di Keraton sehingga beliau ditunjuk Sri Sultan untuk mengatur abdi dalem menyiapkan hidangan serta menyusun meja kursi di keraton.
RB Prawira Purba yang mendapat perintah Sri Sultan tidak segera melaksanakan perintah tersebut, akan tetapi justru beliau berdiam diri bersandar di tiang pendapa keraton sebelah tenggara. Demikian pula beliau tidak memerintahkan para abdi untuk melaksanakan amanat perintah Sri Sultan tersebut. Sehingga menjelang acara dimulai ternyata masih belum siap, maka marahlah sang Raja. Kata beliau kepada RB Bekel Prawira Purba “Bekel Purba” mana anakbuahmu abdi dalem semua?,hari sudah demikian sore mengapa belum tampak yang dating bekerja?siapakah yang menyiapkan ruangan untuk tamu-tamu nanti?.
Maka jawab Bekel Purba “oh iya, maaf Paduka Yang Mulia, sambil kemudian metheti jari (memetik jari seperti memanggil binatang) maka seketika itu berjalanlah meja-meja dan kursi-kursi membentuk sendiri susunan berderet untuk keperluan jamuan. Betapa makin menjadi kemarahan Sri Sultan, menghadapi kejadian ini, karena berdemonstrasi kesaktian di hadapan Raja.
Catatan : Sumber lain mengatakan “dengan menahan amarah Sang Raja mengatakan “”kursi kamu petheti seperti binatang, Kamu memang gila Bekel Purba”..sejak saat itu beliau menjadi seperti orang yang kurang waras akibat sabda Sang Raja. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Bekel Purba menjadi aneh perilakunya bukan karena Sabda Raja, akan tetapi karena kesedihan mendalam ditinggal istri dan anak dan karena selalu bertafakur kepada Tuhan sehingga beliau kurang mempedulikan hubungan sesama manusia

Sejak peristiwa tersebut, RB Prawira Purba mulai tampil nganeh-anehi. Gaya berpakaian yang berbeda seperti disebut didepan. Kantong-kantong yang ditempel dibaju yang semakin lama semakin banyak, kantong-kantong tersebut berisi uang. Sejak kejadian tersebut beliau mulai terkenal dan dicari banyak orang untuk meminta berkah doa dan solusi atas berbagai macam persoalan. Rumah beliau yang berada di Jl. Tukangan no.17 tidak pernah sepi dan selalu didatangi banyak tamu, walaupun RB Prawira Purba jarang berada dirumah.
Menurut buku ini, peristiwa demonstrasi kesaktian di keraton Yogyakarta tersebut membuat Belanda menegur keraton Yogyakarta. Karena semenjak peristiwa perebutan kekuasaan oleh patih Danurejo seperti disinggung di depan Belanda tidak mau ada orang sakti di keraton Yogyakarta, mungkin khawatir akan adanya potensi pemberontakan atau perlawanan terhadap Belanda. Hal tersebut mungkin terjadi karena peristiwa perang jawa jaman Diponegoro yang berlangsung pada awal abad 19 masih menimbulkan trauma bagi Belanda. Adapun peristiwa unjuk kesaktian RB Prawira Purba tersebut menurut keraton Yogyakarta tidak perlu dikhawatirkan karena yang bersangkutan mengalami gangguan jiwa karena tekanan batin yang dialami. Menurut para pengikutnya, RB Prawira Purba disaat unjuk kesaktian di Keraton Yogyakarta sebenarnya justru untuk menunjukkan bahwa beliau sendiri berani berhadapan dengan Belanda, akan tetapi untuk menghindarkan banyak masalah dari kecurigaan Belanda maka beliau bersikap seenaknya dan memberi kesan seperti orang kurang waras. Akan tetapi dibalik perilaku yang kurang waras tersebut sebenarnya banyak misteri yang masih terkandung dari beberapa perbuatan dan tingkah laku beliau yang terkadang diluar kodrat manusia.

Sejak kembali dari Kadilangu RB Prawira Purba hidup bebas dan tidak terlalu terikat dengan tatanan kehidupan. Beliau sering duduk terdiam hingga berjam-jam di bawah beringin alun-alun Yogyakarta, kadang di Sompilan Ngasem, kadang di bawah gapura Masjid. Apabila sudah duduk dia pejamkan mata, maka tidak akan ambil peduli apa saja yang terjadi di sekitarnya dan akan berkonsentrasi diri untuk daim mendekat kepada Tuhan. Semenjak peristiwa unjuk kesaktian di keraton Yogyakarta, kemanapun beliau pergi sering diikuti satu dua orang yang mengikutinya walaupun yang mengikuti tersebut tidak banyak bicara dan tidak mengganggu ketenangan beliau. Tamu dan pasien yang berdatangan akan dilayani dimana saja, bila dicari dirumah tidak ada, maka para pasien tersebut akan mencari ditempat-tempat dimana beliau biasa berada.

Kisah RB Prawira Purba dengan Sopir Sastro
Pada masa itu di Yogyakarta sudah mulai ada mobil. Mobil selain milik pribadi terdapat juga taksi yang dapat disewa untuk mengantarkan penumpang sesuai pesanan. Di daerah jalan Solo sekitar depan bioskop Rahayu (kalau sekarang sekitar timur Mall Galeria) merupakan tempat mangkal/parkir taksi jurusan Solo (Surakarta)/arah timur lainnya.
Pagi itu ada beberapa taksi yang sedang parkir, salah satunya bernama Sastro. Sopir Sastro yang tinggal di Sosrowijayan dan mangkal di depan bioskop Rahayu tersebut didatangi seorang gembel dan mencarter opelet Sastro menuju jurusan timur. Tanpa banyak komentar, Sastro segera mengemudikan kendaraannya. Walaupun penumpang seorang gembel, tetapi Sastro tetap menghormati sang penumpang dan keduanya sama-sama diam tidak banyak yang dibicarakan.
Setelah sekian lama berjalan sampailah keduanya di kota Solo, Sastro bermaksud mengisi bahan bakar bagi kendaraannya agar dapat melanjutkan perjalanan, akan tetapi oleh sang penumpang diperintahkan agar terus saja jalan ke timur keluar kota Solo. Sastro sadar bahwa kapasitas bahan bakar kendaraannya sudah menipis, akan tetapi begitu diperintahkan si gembel dia merasa tidak dapat menolak perintah tersebut. Dengan mulut terkatup rapat Sastro terus menginjak gasnya, setelah sekian lama berjalan dia mulai berpikir dan teringat mengenai kabar hebohnya seorang sakti dari keraton Yogyakarta yang belum lama berselang. Dia mulai curiga apakah penumpang gembel ini adalah yang menjadi pembicaraan di kota Yogyakarta?.
Setelah sekian lama berselang, sampailah keduanya di Madiun. Setelah berputar-putar di kota Madiun Sastro mendapat perintah untuk kembali. Dengan lewat jalan yang sama dilalui saat berangkat, sampailah keduanya di daerah Pasar Legi Solo dan penumpang memerintahkan untuk berhenti. Penumpang langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun dan berlalu meninggalkan Sastro tanpa memberi ongkos. Karena sudah curiga akan identitas si gembel penumpangnya, maka Sastro diam saja dan tidak berusaha mengejar ataupun melapor kepada aparat kepolisian. Setelah termenung beberapa saat dan bertanya-tanya dalam hati apakah penumpangnya tersebut adalah RB Prawira Purba, Sastro akhirnya memutuskan akan kembali ke Yogyakarta. Yang pertama dia lakukan sebelum melanjutkan perjalanan adalah memeriksa bahan bakar kendaraannya, pada saat itulah dia terkejut karena tangki bensinnya tidak berkurang, padahal dia sudah menempuh jarak ratusan kilometer dan tidak menambah/membeli bensin dalam perjalanannya tersebut. Melihat kejadian ini maka yakinlah dia bahwa penumpang gembel tadi adalah RB Prawira Purba.
Menjelang senja sampailah Sastro di Yogyakarta, tepat di depan kantor pos (samping BI) kembali Sastro terkejut. Penumpang gembel yang turun di Pasar Legi Solo telah lebih dulu sampai di Yogya dan terlihat berdiri di depan Kantor Pos sambil tertawa terkekeh-kekeh menertawakan Sastro yang baru saja sampai di Yogyakarta.
Sesampainya di Kemetiran Sastro melaporkan peristiwa kemalangannya tersebut kepada sang pemilik kendaraan yang bernama Tiong Hien. Sastro kembali menceritakan peristiwa sewa dan perjalanannya ke Madiun tanpa mendapatkan uang sewa sepeserpun, Sastro meminta maaf karena hari itu tidak dapat membayar setoran. Beruntung Tiong Hien cukup memaklumi keadaan Sastro, bahkan Sastro diberi uang sekadarnya untuk belanja istrinya di rumah.
Menurut beberapa orang peristiwa tersebut dianggap isyarat dimana perjalanan ke Madiun melambangkan perjalanan ke Timur, dan setelah kembali keduanya berpisah di Pasar Legi. Legi berarti manis, maka usaha Sastro dan Tiong Hien memang akan memberikan keuntungan dan kesenangan bila memilih jurusan timur. Kenyataannya menurut keterangan yang bersangkutan hal tersebut memang benar adanya.

Kisah RB Prawira Purba dengan Lokomotif

Pada waktu itu di Jawa sudah berkembang moda transportasi dengan Kereta Api, diantaranya adalah NIS Nederlands(ch)-Indische Spoorweg Maatschappij, dan SS-Staatsspoorwegen (SS). Pada saat itu baru saja diresmikan penggunaan rel kereta api yang menghubungkan stasiun Lempuyangan dan stasiun Tugu dan dihubungkan oleh jembatan Kewek yang melintang di atas Kali Code.
Rupanya jembatan Kewek tersebut juga menarik perhatian RB Prawira Purba, beliau mondar-mandir memperhatikan jembatan baru tersebut. Setelah sekian lama memperhatikan dari jauh, beliaupun turun kebawah jembatan tepatnya di lembah kali Code di kolong jembatan. Akhirnya setelah berada dikolong jembatan Code, beliaupun kembali mengulangi kebiasaan beliau yaitu berdiam diri dengan mata terpejam. Sambil duduk bersila kembali beliau masuk kedalam samodra kalbu spiritual, bertafakur mengingat Tuhan Yang Maha Esa.
Selang beberapa saat di atas jembatan dari arah sebelah timur terjadilah kegaduhan yang semakin lama semakin nyaring bunyinya. Keributan tersebut bersumber dari suara roda lokomotif yang selip karena berputar di atas rel akan tetapi tidak dapat bergerak maju sedikitpun. Hal tersebut terjadi berulang-ulang, semakin diperbesar kekuatan mesinnya semakin gaduh suara roda yang berputar akan tetapi lokomotif tersebut tetap ditempatnya dan tidak mampu bergerak ke depan. Keributan tersebut akhirnya menyadarkan RB Prawira Purba dari samadinya, sambil menyilangkan tangan kebelakang beliau berlalu sambil seperti biasa tertawa menjauh dari Jembatan Kewek tersebut.
Sesudah RB Prawia Purba menjauh dari lingkungan sekitar jembatan Kewek Kali Code, maka lokomotifpun dapat bergerak menyeberangi jembatan kea rah barat tanpa ada kesulitan. Wallahu alam apakah peristiwa tersebut hanya kebetulan belaka, atau memang benar-benar lokomotif tersebut tidak mampu berjalan karena ada RB Prawira Purba dibawahnya tidak dapat dipastikan. Akan tetapi semenjak peristiwa tersebut, nama Raden Bekel Prawira Purba semakin terkenal dan remhanya semakin dibanjiri orang.

Dikeroyok segerombolan China

Pada suatu siang hari yang panas, di sebuah warung di Desa Gondang Kabupaten Klaten terlihat seorang petani lusuh yang masih belepotan lumpur sepulang dari sawah. Petani tersebut tengah asyik minum the selepas setenagh hari bekerja di sawah. Sesaat kemudian disusul masuk seorang Cina pedagang kelontong keliling yang bertujuan sama untuk melepaskan dahaga di warung tersebut. Pedagang tersebut rupanya kurang senang melihat petani kotor yang duduk sebangku dengannya. Dimintanya agar petani tersebut agak bergeser kesudut. Akan tetapi petani tersebut bandel dan tidak mau bergeser bahkan kakinya justru diangkat diatas bangku. Hal tersebut membuat pedagang tersebut naik pitam dan akhirnya terjadilah keributan di warung tersebut. Ditengah-tengah keributan tersebut tiba-tiba ada seorang gembel yang masuk kedalam warung dan menarik pedagang Cina tersebut keluar warung.
Pedagang tersebut menganggap si gembel sebagai kawan petani, maka tanpa alasan lain segera dipukulnya di gembel tersebut. Tetapi pukulan sang Cina tidak mengenai sasaran, diulangnya pukulan demi pukulan tak satupun mengenai sasaran. Setelah sekian lama suasana semakin panas, maka larilah pedagang tersebut untuk mencari bantuan teman-temannya. Berbondong-bondong berdatangan kawan pedagang Cina tersebut, ada yang membawa palu, tongkat, maupunsenjata lainnya untuk mengeroyok sang gembel. Sebenarnya maksud si gembel menarik pedagang Cina keluar tersebut adalah untuk memisahkan pertengkaran, dan agar tidak merusakkan isi warung serta berimbas ke pelanggan warung lainnya. Akan tetapi yang terjadi justru salah paham dan berkembang semakin jauh, dan si gembel dalam keadaan dikepung siap untuk dikeroyok. Pada saat terdengar aba-aba pukul maka berhamburanlah para pengeroyok menyerang RB Prawira Purba alias si gembel tersebut. Akan tetapi RB Prawira Purba justru tenang saja begitu penyerang mendekat, maka si gembel miring ke kiri diikuti para penyerang berjatuhan kearah kiri. Segera penyerang bangun dan menyerang kembali maka si gembel seger memiringkan tubuhnya ke kanan dan diikuti para pengeroyoknya berjatuhan kearah kanan. Demikian berulang-ulang sampai akhirnya para pengeroyok pun kehabisan tenaga dan akhirnya para pengeroyok tersebut bubar sendiri.
Kisah tersebut tidak bermaksud SARA karena sebenarnya bermula dari kesalahfahaman saja,dan RB Prawira Purba juga tidak membenci atau bermusuhan dengan etnis tertentu. Hal tersebut terbukti dari kisah beliau berikutnya nanti.

Timbul Ilmu untuk Orang Lain
Nyonya Tan Seng Kang adalah seorang pedagang emas permata dan tinggal di Klaten, dia biasa berdagang keliling antar kota diantaranya yaitu Solo, Yogya, Semarang, Cirebon, Batavia, dll. Pada suatu hari perjalanannya ke Batavia mengalami musaibah, tepatnya saat sampai di Cirebon dank arena kelengahannya maka barang dagangannya telah dicopet orang. Kerugian yang di derita cukup besar karena barang yang hilang tersebut adalah satu cepuk berisi permata dagangan.
Karena bingung dan susahnya, maka dia melaporkan kejadian tersebut ke Hooft Buro di Cirebon. Setelah mendapat tanda lapor Ny Tan pulang sambil menunggu hasil pelacakan kepolisian Cirebon. Setelah sekian lama menunggu ternyata belum ada perkembangan dari kepolisian, maka Ny Tan mulai mencari dengan cara spiritual. Insiden antara RB Prawira Purba dengan pedagang keliling Cina di Klaten juga terdengar oleh NY Tan, maka dia berusaha mencari RB Prawira Purba untuk meminta pertolongan dan solusi atas kehilangan barang tersebut. Datanglah NY.Tan ke rumah RB Prawira Purba di daerah Tukangan dan, RB Prawira Purba sendiri menyampaikan bahwa beliau merasa sebagai manusia biasa sangat terbatas kemampuannya dan menyarankan agar NY Tan meminta langsung kepadaTuhan. Sebagai orang yang berpengalaman, Ny Tan Seng Kang dapat menangkap makna tersebut maka dilanjutkannya permintaannya kepada tuan rumah petunjuk cara bagaimankah usahanya meminta kepada Tuhan agar maksudnya terlaksana.
Oleh RB Prawira Purba NY.Tan dianjurkan untuk teteki (laku spiritual) di sebuah bukit di sebelah barat Kota Semarang guna mensucikan diri mendekatkan jiwanya kepada Tuhan agar kata batinnya mendapat berkah dari Tuhan. Semuanya tergantung orang yang menjalankan laku tersebut. Semakin besar semangat dan kegigihan dalam memohon semakin besar pula harapannya dapat terkabul. Maka Ny. Tan Seng Kang menjalankan perintah RB Prawira Purba tersebut, dan melakukan teteki di sebuah bukit sebelah selatan kali Banteng Semarang. Di atas bukit tersebut kebetulan terdapat beberapa makam kuno yang tidak terurus. Kepada anak dan keluarganya Ny.Tan berpesan bahwa untuk sementara dia mengundurkan diri dari kesibukan perdagangan, menempuh jalan teteki mencari Banyu Bening (Air bening) di atas bukit Kali Banteng Semarang. Setelah beberapa minggu menjalankan laku spiritual, keluarga Ny.Tan menyusul ke Kali Banteng dengan membawa berita gembira berupa surat pemberitahuan dari Hooft Buro di Cirebon yang isinya menyatakan bahwa pencopet barang Ny.Tan telah tertangkap dan Ny. Tan diminta untuk datang ke Cirebon mengenali barang-barangnya yang telah hilang.
Sesampainya di Hooft Buro Cirebon Ny Tan diminta mengenali barang-barangnya, dan ternyata perhiasan tersebut relative masih utuh dan baru sebagian kecil yang dijual. Sehingga kerugian yang dialami oleh Ny.Tan tidak terlalu besar. Sebagai rasa syukurnya, Ny.Tan mengunjungi RB Prawira Purba dan sejak saat itu Ny.Tan semakin mengutamakan mendalami ilmu spiritual daripada berdagang dan dikemudian hari di Klaten dikenal Ny.Tan Seng Kang dengan ilmu spiritualnya.
Adapun terhadap bukit sebelah selatan Kali Banteng Semarang tempat Ny.Tan menyepi dan berhasil, beliau membangun kembali makam tersebut. Dan setelah melakukan penelusuran lebih jauh dan mendalam ternyata pada bukit yang sebelah barat letaknya agak tinggi terdapat tiga makam yaitu Sunan Kuning, Sunan Ambarawa, dan Sunan Kalijogo. Di sebelah timur yang tempatnya agak rendah terdapat tiga makam yaitu makam kyai Jimat, makam Kyai Sekabat, makam Kyai Mojopahit. Sehingga kini makam tersebut dikenal dengan nama makam Sunan Kuning. Sunan Kuning disini bukan lokalisasi yang terletak di daerah Kali banteng, Sunan Kuning disini konon berkaitan erat dengan Mas Garendi dan pemberontakan Cina di Kartasura.
Berita terkait gan

Mengambil anak pungut
Berita tentang perilaku RB Prawira Purba yang tidak umum dan aneh menimbulkan banyak pendapat dikalangan masyarakat. Orang yang baru mendengar kabar/cerita sering beranggapan bahwa RB Prawira Purba adalh orang yang kurang waras. Namun orang yang sudah menyaksikan kesaktian beliau akan menanggapi dengan segan dan hormat. Apalagi bagi mereka yang sudah mengenal secara pribadi dan mendapatkan pertolongan dari beliau sangat hormat dan sangat menyayangi beliau.
Pada suatu waktu kebiasaan RB Prawira Purba bertambah, mondar-mandir kemana-mana dengan membawa bungkusan yang tertutup rapi dan tak pernah ditinggal. Suatu ketika dikarenakan keperluan yang mendesak, RB Prawia Purba terpaksa harus meninggalkan bungkus kesayangannya tersebut. Bungkusan tersebut dititip pada seorang pemilik warung. Yang mendapat titipan tersebut merasa tersanjung dan dengan senang hati menyimpan baik-baik bungkusan tersebut. Setelah hamper seharian RB Prawira Purba pergi, hari telah sore ketika beliau muncul dan tiba-tiba sudah berada di warung.
Yang pertama diucapkan oleh RB Prawira Purba adalah “Punapa mboten nangis?” (apakah tidak menangis?). Mendapat pertanyaan tersebut pemilik warung tidak memahami maksud pertanyaan tersebut dang anti bertanya “ingkang ndara kersakaken nangis punika sinten?” (yang dimaksud tuan menangis itu siapa). Dan RB Prawira Purba menjawab “punika titipan kula (itu titipan saya).
Betapa heran sang pemilik warung, maka segera diambillah bungkusan titipan tersebut. Dan sebaik-baik orang yang mendapat titipan adalah orang yang menjaga amanah titipan tersebut. Karena menerima dalam keadaan terbungkus rapat dan tertutup, terlebih tidak mengetahui bahwa isi dari bungkusan tersebut adalah seorang orok maka sang pemilik warung tersebut mendiamkan dan menyimpan sepanjang hari. Terlebih juga menurut pengamatan pemilik warung tersebut bahwa bungkusan tersebut juga tidak pernah bergerak sama sekali, apalagi menangis. Maka segera diserahkan bungkusan tersebut kepada pemilik warung dan segera dibuka oleh RB Prawira Purba, dan betul-betul orok bayi yang terdiam dan tidak bergerak. Mata orok tersebut terpejam dan nafasnya lemah sekali, karena rasa iba melihat keadaan bayi yang dalam keadaan lemah tersebut maka pemilik warung tersebut meminta agar orok tersebut dapat dirawatnya, tetapi pemiliknya tidak berkenan di hati dan dipertahankan untuk dibawa pulang.
Dirumahnya di jl. Tukangan no.17 saat itu ada beberapa tamu dan penunggu rumah yaitu Kyai Tewel, RB Prawira Purba setibanya dirumah segera meletakkan bungkusan di meja dan dan dibuka. Menurut penglihatan mereka yang hadir saat itu menyaksikan bahwa si orok memang betul-betul kritis. Sebagian ada yang beranggapan bahwa si orok telah mati suri. Oleh beliau orok tersebut diletakkan di atas meja dan beliau mundur beberapa langkah kebelakang kemudian dipandangnya tajam-tajam orok tersebut. Setelah beberapa saat berkonsentrasi tetapi belum ada perkembangan yang baik, maka suasana cukup menegangkan. Setiap orang disibukkan dalam khayalan masing-masing dan merasa bahwa RB Prawira Purba dapat tersangkut masalah dengan pihak berwajib. Akan tetapi lamunan tersebut dikejutkan oleh rintihan si orok disusul dengan jerit tangisan sang bayi. Kejadian tersebut disaksikan beberapa orang, dan sejak saat itu resmilah RB Prawira Purba memilik anak pungut yang diberi nama Surip.
Cara memandikan Surip oleh RB Prawira Purba pun cukup unik/aneh. Diletakkannya si bayi di atas kali Code, digosok-gosok badan si Surip sambil memegang dengan tangan, tetapi sambil berdiri pula di gosok-gosok badan si bayi dengan kakinya. Bagi orang yang melihat dari jauh terkesan RB Prawira Purba seakan-akan sedang menginjak-injak bayinya tersebut diatas batu di kali. Itulah yang menjadi berita di waktu itu. Setelah dewasa dan tua, nenek Surip atau dikenal dengan mbah Soma tinggal dan menunggu makam RB Prawira Purba di Karang Kebolotan Sekar Megar Sore-Semaki, Kalurahan Tahunan Yogyakarta. (Yang kemarin dirusak sekelompok orang bercadar)

Tambah Warga baru dalam Rumah Tangga RB Prawira Purba

Setelah menjalani hidup dengan penuh kisah yang mengahrubiru, maka beliau juga banyak pengikut atau pengagum yang sering mengikuti ataupun menjaga rumah. Para pengikut tersebut diantaranya adalah Kyai Rebo, Kyai Rowek, Kyai Tewel, Nyi Sukinah,dll. Kyai Tewel merupakan pengikut yang cukup banyak mengenal watak perilaku RB Prawira Purba, adapun Nyi Sukinah adalah seorang anak demang Jambon Desa Klewer Klaten.
Nyi Sukinah ini sangat berhutang budi kepada RB Prawira Purba karena telah disembuhkan ari penyakitnya yang cukup gawat. Untuk membalas budi timbullah kesadaran dan keinginannya untuk mengabdi kepada beliau. Karena lamanya mengabdi tidak dipungkiri timbulah titik perasaan cinta dalam hati Nyi Sukinah kepada RB Prawira Purba, akan tetapi perasaan ini disimpan rapat-rapat di dalam hati demi menjaga martabatnya sebagai wanita. Adapun RB Prawira Purba tetap berperilaku seperti biasa dan cenderung dingin terhadap lawan jenis.

Yang namanya rasa, maka bagaimanapun juga susah untuk dibendung, hingga suatu ketika Nyi Sukinah tidak dapat menahan diri dan mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendam kepada RB Prawira Purba. Terhadap hal tersebut dan untuk menghindarkan fitnah hubungan antar laki-laki dan perempuan, maka RB Prawira Purba memberi sarat yang mana apabila syarat tersebut dapat dipenuhi oleh Nyi Sukinah maka dia akan diperistri oleh RB Prawira Purba. Adapun syarat yang ditetapkan adalah kuat ditutup kapuk selombo. Betapa susahnya hati Nyi Sukinah mengetahui syarat yang ditetapkan, karena syarat tersebut mengandung arti orang yang meninggal dunia. Ditutup Kapuk Selombo adalah menutup mulut, hidung, telinga, dan lobang lain anggota badan dengan kapuk/kapas. Nyi Sukinah terus memikirkan syarat tersebut, apakah penolakan secara halus?ataukah Nyi Sukinah sedang diuji sejauh mana keteguhan tekatnya?ataukah Nyi Sukinah harus mati terlebih dahulu?

Segala apa yang dihadapi Nyi Sukinah diungkapkan kepada teman nya yaitu Kyai Tewel, benarkah RB Prawira Purba menghendaki Nyi Sukinah untuk mati?. Ternyata Kyai Tewel memiliki penafsiran yang berbeda, bahwa yang dimaksud kapuk selombo disini adalah bukan kematian secara wadag atau fisik, akan tetapi adalah kematian secara spiritual. Yaitu mematikan perasaannya atau istilah lain adalah nutupi babahan nawa sanga menutup Sembilan lobang tubuh. Bila ingin tahu caranya tak lain adalah melakukan olah rasa misalnya melaksanakan perjalanan naik gunung Merapi tujuh kali, kira-kira dengannya akan terbisasa mengendalikan serta mematikan perasaan nafsu duniawi.

Terhadap penafsiran Kyai Tewel tersebut Nyi Sukinah dapat menerima dan dia berniat untuk mendaki Gunung Merapi. Pada perjalanan pertama belum mencapai jarak 15 km (mungkin yang dimaksud disini perjalanan dimulai dari kota Yogyakarta yang berjarak sekitar 25 KM dari Merapi) kaki Nyi Sukinah sudah mulai lecet-lecet. Adapun Kyai Tewel yang menemani masih segar bugar. Dengan tertatih tatih perjalanan diteruskan. Pada waktu sampai di watu ngadeg, mereka bertemu dengan lima orang laki-laki berpakaian jubah putih turun dari gunung. Salah satunya berkomentar rupa-rupanya kalian sedang mengadakan perjalanan ke puncak Merapi, akan tetapi sepertinya kalian berdua akan kesulitan karena baru disini saja sudah demikian kepayahan. Ibu ini bahkan sudah sangat payah sekali, sebaiknya kalian kembali saja menikmati lezatnya kehidupan di rumah, sedangkian kami berlima lelaki ini saja tidak mampu naik ke puncak dan membatalkan tekat kami. Pada saat pertama mendengar ungkapan tersebut Nyi Sukinah hampir putus asa, dirasanya sebagai seorang perempuan apakah mampu menuju puncak Merapi sedangkan kelima lelaki tersebut gagal. Akan tetapi setelah mengingat tekadnya untuk dapat mendampingi RB Prawira Purba, maka bangkitlah semangatnya dan meneruskan langkah dan bersama-sama dengan ditemani Kyai Tewel keduanya berhasil mendaki puncak Merapi. Perjalanan ke 2, 3, 4, hingga ke 5 dapat dilaksanakan dengan susah payah. Pada perjalanan yang ke 6 Nyi Sukinah mulai memahami apa yang dimaksud dengan menutup Kapuk Selombo tersebut, bahkan pada perjalanan yang ke 7 sengaja Nyi Sukinah mengajak anak pungut RB Prawira Purba yaitu Surip untuk ikut serta mendaki Puncak Merapi. Setelah berhasil melaksanakan teteki berupa mendaki Merapi sebanyak 7 kali, maka RB Prawira Purba pun menerima Nyi Sukinah sebagai pengemban rumah tangganya. Nyi Sukinah mendapat nama RA Panukmawati dan mendapat panggilan ibu Kasihan. Raden Bekel Prawira Purba pun semakin tenar serta mendapat julukan Ki Ageng Prawira Purba.

Berjalan di atas air

Nama besar Ki Ageng Prawira Purba tidak terbatas di Kota Yogyakarta bahkan sampai ke pelosok pedesaan. Selain karena kabar dari mulut-ke mulut juga karena Ki Ageng Prawira Purba sendiri sering berjalan-jalan menjelajah keluar masuk desa. Beliau banyak mengenal dan menjalin persaudaraan dengan masyarakat desa. Tak jarang ditempat tinggal beliau mendapat kiriman makanan dari salah satu penduduk desa yang beliau kunjungi. Terkadang juga beliau mendapat undangan hajatan dari desa. Ki Ageng Prawira Purba selalu mendatangi setiap undangan hajatan, dan beliau mendatangi dengan cara beliau sendiri yang sukar diduga oleh pemangku hajat. Biasanya tuan rumah yang sudah menyiapkan tempat khusus untuk beliau sebagai tamu terhrmat, akan tetapi tidak pernah beliau mau duduk ditempat yang disediakan tersebut. Juga jemputan seperti mobil ataupun kereta juga tidak pernah beliau terima.

Kali Progo merupakan pertemuan beberapa sungai sehingga kali tersebut cukup luas serta deras arusnya. Pada suatu hari Ki Ageng Prawira Purba sekeluarga beserta Nyai Kasihan serta Surip pergi ke Kulon Progo menghadiri undangan resepsi. Pada suatu bantar tempat penyeberangan dengan menggunakan rakit tambang, ketika sampai di pinggir sungai maka Nyai Kasihan beserta Surip menyeberang terlebih dahulu naik rakit. Pada saat giliran Ki Ageng Prawira Purba naik kerakit, tiba-tiba disetop oleh Ibu Nyai Kasihan dan katanya maaf ndoro, kalau memang ndoro seorang sakti dan mumpuni tanpa rakit kiranya juga dapat menyeberang. Nyai Kasihan pada dasarnya memiliki watak usil dan senang bercanda, sehingga Ki Ageng Prawira Purba pun turut dikerjai. Jawaban Ki Ageng Prawira Purba pun pada saat itu tidak banyak, beliau berkata “oh hiya,hiya,hiya, kalau demikian kehendak Ibu Nyai Kasihan. Atas jawaban tersebut hati Nyai menjadi tidak enak hati, maksud hati ingin bercanda akan tetapi ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh Ki Ageng Prawira Purba. Melihat arus sungai Progo yang sedang deras, maka timbul kekhawatiran Nyai Kasihan terhadap suaminya. Nyai Kasihan khawatir apabila memaksakan diri berenang akan bias tenggelam ataupun terbawa arus yang cukup deras saat itu.

Ki Ageng Prawira Purba terdiam sesaat,kain disingsingkan perlahan-lahan kemudian kaki kanan mulai menapak di air, dan terlihatlah beliau berjalan melenggang di atas sungai tampak seperti anak-anak yang sedang berjalan berkecipak-cipak mirip diatas aspal yang berair. Rakit menyeberang dengan cara mengikuti haluan arus, sehingga agak miring akan tetapi Ki Ageng Prawira Purba menyeberang langsung memintas sehingga tiba lebih dahulu sampai di seberang. Cerita tersebut dituturkan kembali oleh Surip yang ikut bersama-sama menyeberangi menggunakan rakit.

Melompat sejauh 25 meter

Setelah cukup lama menjadi keluarga Ki Ageng Prawira Purba, Nyi Kasihan ingin menengok keluarganya yang berada di Jambon Laweyan Klaten. Pada suatu hari sekeluarga Ki Ageng Prawira Purba, Nyi Kasihan dan Surip meluangkan waktu mengunjungi Jambon.

Perjalanan pulang mereka ditempuh dengan berjalan kaki, Surip digendong Cermo sambil menjinjing kelapa muda dan berjalan diatas rel kereta api. Cermo adalah pengikuit baru yang mengabdi Ki Ageng Prawira Purba dengan maksud belajar ilmu kehidupan. Dengan setia dia mengabdi dan mengikuti perintah serta ajaran Ki Ageng Prawira Purba. Sesampainya di kali Opak (sekitar Prambanan) tiba-tiba Ki Ageng Prawira Purba berhenti dan berkata kepada Nyi Kasihan “apakah ibu dapat melompat?” dan mendapat jawaban “dapat”. Dan apakah kau Cermo juga dapat melompat? Maka Cermo menjawab, dapat kalu mendapat restu Kyai Ageng. Yang terjadi kemudian adalah Ki Ageng Prawira Purba mendahului melompat sampai seberang disusul oleh ibu Nyai Kasihan. Kini tinggal Cermo yang menggendong Surip ragu-ragu apakah mampu melompati menyeberang kali selebar 25 meter. Dengan ragu-ragu akhirnya Cermo nekat meloncat, saat itu dia merasa ada yang melontarkan dirinya dan melewati sungai selebar 25 meter tersebut. Setelah berhasil menyeberang maka dia membalikkan badan kemudian surut mengambil ancang-ancang akan mencoba mengulangi loncatan tersebut, akan tetapi dirinya di tahan ki Ageng agar membatalkan maksudnya. Pada saat itu dirinya sadar bahwa dia berhasil meloncati sungai tersebut atas dukungan Ki Ageng, sedangkan dirinya sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Setelah beberapa tahun mengabdi kepada Ki Ageng Prawira Purba, Cermo kembali ke asalnya di desa Tulung Klaten, di kemudian hari Cermo menjadi dalang terkenal dengan sebutan Cermo Tulung.

Mencari Copet di Beringharjo
Alkisah seorang abdi berwatak jujur setia sering mendapat kepercayaan dan tugas dari tuannya. Pada suatu hari abdi tersebut mendapat tugas dari tuannya untuk menebus barang gadaian berupa perhiasan rantai emas beserta liontin, selain itu dia juga mendapat tugas belanja ke Pasar Beringharjo (Pasar di Yogyakarta terletak di ujung jalan Malioboro). Setelah belanja bermacam barang di pasar dan akan kembali, dai baru tersadar bahwa liontin beserta emas yang baru saja ditebus tersebut telah hilang. Setelah diperiksa kembali tetap saja tidak ditemukan, dicoba diturut kembali juga tidak ketemu. Rupanya perhiasan tersebut telah hilang karena dicopet, maka bingunglah si abdi tersebut. Hendak kembali ke tuannya tidak berani, mencari barang tersebut juga tidak ketemu. Dengan langkah gontai keluarlah abdi tersebut dari pasar, setelah berjalan dan termenung sekian lama teringatlah dia akan seseorang yang dapat dia minta pertolongan yaitu RB Prawira Purba. Maka oleh abdi tersebut dicarinya RB Prawira Purba ditempat-tempat beliau biasa berada, mulai dari rumah beliau di Tukangan, gapura masjid, Sompilan Ngasem, sampai akhirnya di beringin kurung alun-alun juga tidak ketemu. Setelah sekian lama mencari tidak ketemu, akhirnya abdi tersebut putus asa dan terduduk di bawah pohon beringin kurung depan alun-alun sambil menahan tangis karena kalut dan bingung tidak tahu apalagi yang harus dilakukan. Tanpa terduga dari mana datangnya tiba-tiba dating Ki Ageng Prawira Purba menendang pantat sang abdi tersebut. Tanya Ki Ageng “mengapa menangis?”, sambil menyembah abdi tersebut bangkit dan menceritakan kemalangannya hari itu dan penuh pengharapan memohon pertolongan Ki Ageng. Setelah mendengar cerita tersebut Ki Ageng berkata “ayo dicari” dan beliau langsung mendahului berjalan menuju Pasar Beringharjo. Saat itu di pasar masih ramai orang berbelanja, dan langsung tersibak begitu melihat Ki Ageng Prawira Purba masuk pasar di iringi si abdi. Kebanyakan orang cenderung segan dan takut kepada Ki Ageng Prawira Purba, mereka tidak berani mendekat karena takut mendatangkan kesialan/kematian (penyebab ketakutan ini akan diceritakan lebih lanjut). Sambil berjalan keluar masuk los Ki Ageng Prawira Purba menjadi pusat perhatian orang-orang di pasar. Setelah beberapa saat berjalan, beliau menuju suatu sudut kemudian menendang seseorang yang sedang berjongkok diantara kerumunan orang berjualan. Terkena tendangan Ki Ageng maka orang tersebut jatuh terjengkang dan terlontarlah rantai serta liontin emas tersebut. Perintah Ki Ageng “ambil pulang”, sang abdi hanya bias mengucapkan kata terimakasih dan lalu mundur pulang kerumah tuannya. Si abdi segera pulang karena khawatir urusan berkepanjangan dengan pihak aparat, dan khawatir juga ababila berlama-lama di pasar perhiasan tersebut bias hilang lagi. Adapun si pencopet juga tidak berani berbuat banyak karena yang membongkar perbuatannya adalah si gembel yang sudah kondanng di Kota Yogyakarta.

Hajaran bagi orang Jahat

Ki Ageng Prawira Purba adalah sosok yang sudah lepas dari ikatan duniawi, dia melakukan sesuatu jika memang karena dia menginginkannya dan bukan karena hal tersebut pantas untuk dilihat, ataupun hal tersebut untuk memenuhi kepantasan pandangan masyarakat umum. Dia senang hidup bebas, bisa dilihat dari cara berpakaian yang aneh. Ki Ageng juga betah duduk berjam-jam pada suatu tempat apabila dia memang sedang berkenan untuk itu.

Pada suatu hari Ki Ageng sedang duduk di jalan Jogonegaran tanpa ada yang memperhatikan. Sambil terus duduk tangannya tidak berhenti menyusuri jubahnya mencari kutu-kutu baju yang memang banyak terdapat di bajunya. Karena jarang menganti baju maka wajar saja apabila banyak kutu di baju beliau. Saking asiknya mencari kutu, sampai sabuk beserta timang (timang adalah kepala ikat pinggang dan jaman dahulu terutama pada bangsawan masih terbuat dari emas bahkan ditatah intan berlian) ikut dibuka. Sambil tangannya berkelana mencari kutu mata beliaupun terpejam menikmati suasana sambil menahan kantuk.

Tanpa disadari ada seseorang yang mengendap-endapdengan sangat perlahan mengambil timang tersebut. Setelah berhasil mengambil timang, maka si copetpun bergegas kabur dari situ. Cepat-cepat dia pergi ke daerah Kricak untuk menjual hasil curiannya tersebut kerumah seorang tukang gadai. Akan tetapi pada saat barang tersebut akan diserahkan, terjadi keanehan yaitu timang tersebut lengket ditangan si pencopet dan tidak dapat lepas dari tangannya. Sekian lama berusaha untuk melepas timang tersebut, tetap saja tidak berhasil. Akhirnya dengan menahan rasa takut si pencopet tersebut kembali mendatangi Ki Ageng Prawira Purba untuk meminta maaf atas perbuatannya tersebut. Ternyata tingkah laku pencopet tersebut diketahui oleh Ki Ageng, terbukti saat dia dating langsung mendapat sorot mata tajam dari Ki Ageng. Pencopetpun mendatangi sambil terus menyembah minta maaf sambil mengembalikan barang curiannya, barulah timang tersebut dapat lepas dari tangan si pencopet.

Tamu dari Dogongan

Dirumah Ki Ageng di daerah Tukangan sedang berkumpul Nyai Kasihan beserta Surip dan beberapa orang pengikut. Saat itu datang tamu sepasang penganten baru dari daerah dogongan Imogiri. Tamu tersebut adalah Pak Wangsa dan Mbok Wangsa. Mbok Wangsa yang memiliki nama kecil Cumik memiliki penyakit aneh yaitu sering mengigau seperti orang gila, akan tetapi yang sering disebut adalah makam keramat, antara lain Jalasutra, Jimatan, dll. Suami isteri Wangsa tersebut datang ke Ki Ageng untuk memohon bantuan dan doa agar penyakit sang istri dapat sembuh. Oleh Ki Ageng sepasang tamu tersebut disambut dengan baik dan beliau berkata “mboten, Cumik mboten sakit, kuat,kuat,kuat” tanpa melakukan hal lain dan keduanya dipersilahkan pulang.

Beberapa waktu kemudian Ki Ageng Prawira Purba tiba-tiba telah duduk di halaman rumah pak Wonso di Dogongan.Kehadiran ini mengejutkan keluarga Pak Wangsa, segera Ki Ageng dipersilahkan untuk masuk kedalam, akan tetapi tawaran tersebut ditolak. Akhirnya Pak Wangsa mengambil tikar untuk digunakan sebagai alas duduk Ki Ageng di halaman akan tetapi sekali lagi ditolak, Ki Ageng cukup puas duduk beralaskan getepe (anyaman daun kelapa ) di halaman rumah. Kembali tuan rumah menawarkan untuk duduk didalam rumah, Ki Ageng menolak dan menjawab “Kula niki naming cantrik janaloka, sampun wonten ngriki kemawon” (bahasa jawa halus : saya ini hanya abdi rendah,sudah disini saja..sebenarnya dari beberapa kisah tentang beliau, Ki Ageng merupakan seorang yang rendah hati, dengan status sosial beliau sebagai ningrat/bangsawan tapi beliau menggunakan bahasa jawa halus untuk berhadapan dengan rakyat jelata)”.

Selesai berbasa-basi kemudian Ki Ageng berdiri melihat-lihat, setelah beberapa saat berhenti di suatu sudut maka dipanggillah tuan rumah dan dianjurkannya agar membuat sumur pada tanah yang ditunjuk tadi. Setelah itu Ki Ageng segera pulang dengan meninggalkan pesan agar Pak Wangsa mengadakan selamatan di tempat makam-makam keramat sesuai yang dikatakan isterinya saat sakit. Sebagai rakyat jelata pada saat itu, kedatangan seorang bangsawan dan mempunyai kelebihan/kesaktian maka keluarga Wangsa sangat tersanjung didatangi Ki Ageng. Upaya-upaya untuk memuliakan tamu dan membalas budipun tidak diterima oleh Ki Ageng, maka sebagai ungkapan rasa hormat dan terimakasih kepaa beliau yang dapat dilakukan jeluarga Wangsa adalah melaksanakan segala perintah Ki Ageng.

Tempat yang ditunjuk segera dibuat sumur, sebagai gambaran pada saat itu letak geografis Dogongan yang agak tinggi dengan tanah kapur agak sulit untuk membuat sumur. Umumnya pembuatan sumur disitu memerlukan kedalaman lebih dari 20 meter, akan tetapi ditempat yang ditunjuk oleh Ki Ageng tersebut dapat dibuat sumur dan ditemukan mata air pada kedalaman 7 meter. Pembuatan sumurpun selesai dan mata airnya sangat jernih.
Setelah pembuatan sumur, maka pak Wangsa melaksanakan selamatan di Jimatan makam Imogiri. Setiba dari Imogiri pak Wangsa langsung menimba sumur dengan maksud hendak membersihkan diri setelah berjalan, akan tetapi ketika timba mencapai air dilihatnya sesuatu barang yang mengeluarkan cahaya gemerlap di dasar sumur.

Adapun setelah mengikuti petunjuk Ki Ageng Prawira Purba kini Cumik sehat kembali, bahkan sudah mengandung. Bersama kesembuhannya terlihat tanda-tanda kelebihan pada dirinya. Pada suatu kesempatan Pak Wangsa sekeluarga mengunjungi Ki Ageng Prawira Purba sebagai ucapan terimakasih sekaligus melaporkan telah melaksanakan selamatan di Jimatan Imogiri, serta melaporkan peristiwa terlihatnya cahaya gemerlap pada dasar sumur, dan juga melaporkan perubahan yang dialami Cumik. Terhadap semua hal tersebut, dimohonkan petunjuk Ki Ageng Prawira Purba.
Atas seluruh laporan tersebut, Ki Ageng berkata kepada Cumik “panjenengan punapa kinten-kinten kersa nampi katresnaning saderek? (apakah kira-kira anda berkenan menerima kecintaan/kesayangan dari para saudara?) dan dijawab oleh Cumik “benjang kemawon menawi jabang bay sampun lahir”(nanti saja bila si bayi telah lahir).

Waktupun berlalu, hingga suatu hari di Dogongan terlihat seseorang yang sakit ingatan berlari-lari dari arah utara dan ketika sampai di halaman rumah Pak Wangsa orang tersebut entah sengaja atau tidak langsung terjun ke dalam sumur. Penduduk pun beramai-ramai menolong orang yang tercemplung ke dalam sumur tersebut, namun anehnya setelah korban sudah berada di darat dia sadar dan sembuh dari penyakit ingatan tersebut. Setelah ditanyakan identitas dan tempat tinggalnya, si korban berasal dari kalangan terhormat dan merupakan putra Raden Ngabehi Proyowiyogo.
Sejak saat itu gemparlah berita tentang Sumur Dogongan yang berkhasiat dapat menyembuhkan orang gila. Kejadian tersebut bersamaan dengan mbok Wangsa melahirkan bayi dan diberi nama Grudug, hal tersebut berkenaan dengan datangnya warga dari berbagai pelosok dan beramai-ramai mendatangi Sumur dogongan (grudug=gemrudug/datang beramai-ramai). Ki Ageng yang mendengar berita tersebut juga datang ketempat tersebut untuk mewisuda mbok Wangsa sesuai pertanyaan Ki Ageng sebelumnya untuk menerima katresnaning sederek dan yang dimaksud disini adalah menerima tamu.

Diluar dugaan, betapa sibuk mbok Wangsa menerima tamu siang malam yang gemrudug membanjir mendatangi sumur tersebut. Sejak saat itu mbok Wangsa atau juga ibu Grudug menjadi kasepuhan yang menjaga sumur bertuah di Dogongan Imogiri. Menurut keterangan mbok Wangsa grudug banjir tamu hanya berlangsung selama satu setengah tahun, adapun keramat sumur tersebut adalah wahyu Syekh Subakir dari Tidar. Dari perkembangan tahun ke tahun bu Grudug juga mendapat nama Nyai Sarimulya dari Kanjeng ratu Ayu Mangkubumi. Dari Kanjeng Suryonegara Surakarta pernah mendapat penghargaan payung kebesaran atau payung Agung. Demi rasa terimakasih yang mendalam, setelah kepergian Ki Ageng ke rahmat Allah, pak Wangsa melanjutkan pengabdiannya sebagai juru kunci makam Ki Ageng sampai akhir hayatnya.

Datang di Singapura

Di suatu hari di serambi Grand Hotel (Hotel Garuda) seorang tamu berkebangsaan Inggris terlihat duduk di halaman hotel sambil melihat Malioboro yang sibuk dan ramai orang berlalulalang. Diantara yang berlalulang tersebut adalah Si Gembel Ki Ageng dengan pakaiannya yang khas. Tamu orang Inggris tersebut rupanya tertarik demi melihat keunikan Ki Ageng, karena rasa ingin tahunya maka dipanggilnya jongos hotel untuk mendatangkan si gembel. Jongos yang bernama Joyokeling disebut demikian karena orangnya tinggi hitam, sehingga dipanggil Keling karena mirip orang Keling. Joyokeling dijanjikan si tamu Inggris uang sebesar 10 gulden bila dapat mendatangkan si gembel kehadapan si orang Inggris ini.

Dalam hati Joyokelingpun bertanya-tanya, kepentingan apakah si orang Ingris ini dengan Ki Ageng? Karena sampai rela mengeluarkan sejumlah uang demi bertemu dengan Ki Ageng. Sambil berlari-lari kecil maka Joyokeling ini mengejar Ki Ageng yang barusaja lewat depan Grand hotel, anehnya makin dikejar makin jauh pula jarak antar Ki Ageng dengan Joyokeling tersebut. Hingga setelah beberapa lama mengejar akhirnya hilanglah Ki Ageng dari pandangan Joyokeling. Demi besarnya hadiah yang dijanjikan maka Joyokeling pantang menyerah, dicarinya Ki Ageng ditempat-tempat yang biasa dikunjungi termasuk di rumahnya di Tukangan akan tetapi hasilnya nihil. Setelah sekian lama berupaya mencari akan tetapi tidak berhasil juga ditemukan, maka dengan kecewa kembalilah Joyokeling ke hotel impiannya mendapat rejeki nomplo f 10 sirna, jumlah tersebut cukup besar karena gajinya sebulan yang sebesar f 12,5.

Setibanya di hotel disampaikanlah kepada orang Inggris tersebut, bahwa dirinya tidak berhasil mengejar Ki Ageng akan tetapi bila tuan membutuhkan pertolongannya saya bias antar kerumahnya. Kata orang Inggris “apa yang jongos maksud dengan pertolongan? Apakah yang si gembel bisa lakukan untuk menolong ?pertolongan apa yang bias dia lakukan untuk saya?
Kata Joyo” mungkin tuan membutuhkan pertolongan penyembuhan suatu penyakit, atau tuan punya kesulitan dalam pekerjaan ataupun perdagangan, atau kesulitan di dlam rumahtangga atau lain keperluan mungkin Ki ageng dapat menolong.

Kata orang Inggris tersebut “ o, kalau itu semua yang jongos maksudkan, aku tidak yakin semua, kalu aku sakit dokter ada dan dapat mengobati penyakit, kesulitan urusan pekerjaan atau perdagangan aku punya pembantu yang jauh sangat mengetahui urusan itu, dan mereka sangat memuaskan untuk saya ajak berpikir dalam pekerjaan. Kesulitan dalam rumahtangga aku dapat datangkan penasehat yang berpengalaman menangani masalah rumah tangga. Dan itu semua tidak mungkin dapat si gembel yang lewat tadi lakukan".

Kata Joyokeling “jadi, apa yang tuan maksudkan, sehingga tuan berani membayar sepuluh gulden bila saya berhasil mendatangkan Ki Ageng Prawira Purba dihadapan tuan?”.

Jawab orang Inggris “ yang saya ingin tahu dan saya ingin bertanya kepada gembel tadi, cara dia berpakain memang asli demikian atau meniru cara orang lain?”.

Kata Joyokeling ”aneh juga pertanyaan yang tuan maksudkan, urusan pakaian gembel sampai begitu jauh tuan ingin mengetahui bahkan tuan berani bayar sepuluh gulden, saya kira suatu hal yang tidak mengena sasaran bila tuan bermaksud demikian itu. Tetapi mestinya ada hal yang lebih menarik dan menjadi perhatian tuan dengan si gembel.

Jawab orang Inggris “betul, ada rahasianya yang menjadi pertanyaanku selama ini. Seminggu yang lalu waktu aku berada di Singapura, tepat waktu kapal akan bertolak aku sempat melihat si gembel mondar-mandir di dermaga Singapura. Cara dia berjalan, bahkan pakaian yang dipakai gembel persis yang dipakai orang tadi. Kalau ada duanya saya piker tidak akan sama benar, sebab yang satu ada di seberang lautan. Tetapi kalau itu satu-satunya yang aku lihat tempo yang lalu aku kira tidak mungkin, sebab tidak ada kapal lain yang lebih cepat daripada yang aku tumpangi. Kalu dia memakai kendaraan lain lantas pakai apa dia kemari? Dan itu semua tetap tidak mungkin.

Kata Joyo “kalau hanya sekedar itu yang tuan inginkan kiranya tidak perlu susah mencari orang tersebut untuk didatangkan kemari. Jawaban yang benar akan maksud tuan justru orangnya yang itu juga yang tuan telah lihat di Singapura. Namanya Raden Bekel Prawira Purba dan jangan anggap dia gembel, sebenarnya apasaja yang dia kehendaki banyak yang terjadi, bahkan kejadiannya serba tidak masuk diakal dan diluar batas kemampuan manusia biasa. Kalau tuan ingin tahu keanehan yang lain tuan dapat bertanya kepada tuan-tuan Belanda di Karesidenan atau Gupernuran mereka banyak tahu bagaimana RB Prawira Purba menunjukkan kebisaannya dihaapan tamu-tamu undangan di pendapa Keraton, bagaimana kursi-kursi dapat jalan sendiri menyusun secara rapih.

Tanggapan tamu Inggris
Memang serba aneh orang Hindia Belanda ini, khayalan mereka terlalu berlebihan seperti dalam impian saja. Biar bagaimanapun juga aku belum dapat percaya semua mimpi-mimpi itu. Kecuali kalau aku dapat menyaksikan kejadian yang sebenarnya. Bagaimana mungkin orang lain bias lebih cepat tiba di Jawa daripada perjalanan yang aku tempuh, padahal dia gembel bagaimana mungkin naik kendaraan lain yang lebih cepat dari kapal yang aku tumpangi.

Peristiwa tersebut tetap menjadi misteri bagi orang Inggris tersebut, tetapi banyak orang di Yogyakarta yakin bahwa sosok gembel yang ada di Singapura tersebut tak lain adalah Ki Ageng Prawira Purba.

Mengadu kepandaian dengan orang Jepang
Jaman dahulu di Yogya terdapat satu toko milik orang Jepang, yaitu toko Fuji yang terletak di Jl. Malioboro. Mungkin toko tersebut adalah toko double bisnis, sepintas lalu berjualan untuk melayani kebutuhan masyarakat, akan tetapi dibalik itu juga dipakai sebagai kegiatan spionase Jepang untuk kepentingan persiapan penjajahan.
Pada saat itu Ki Ageng sudah mempunyai tempat-tempat yang dikunjungi secara tetap sebagai pos untuk praktek melayani masyarakat. Salah satu dari tempat tersebut adalah rumah pak Karto di jl. Ngadisuryan. Pada suatu waktu dirumah Pak Karto banyak dikerumuni orang yang asik mendengarkan pembicaraan ki Ageng dengan seorang Jepang pemilik toko Fuji. Rupanya Ki Ageng ingin memberi bukti kebisaannya kepada tamunya tersebut. Ki Ageng meminta kepada toke toko Fuji mengadu kecepatan mengambil barang. Kepada tamunya dipersilahkan mengambil teko milik tamunya (orang Jepang tersebut) dimana saja. Tetapi oleh tamunya dijawab bahwa kedatangannya di Yogyakarta tidak membawa teko, kalau punya itu juga ada di negerinya di Jepang. Tetapi Ki Ageng tetap saja mengajak bertanding. Dengan terpaksa akhirnya diterima juga tantangan Ki Ageng tersebut.
Dalam batin orang Jepang ingin menguji kebenaran pertandingan seperti anak kecil ini, padahal maksud utamanya adalah ingin mendekati dan mempelajari kewibawaan serta potensi Ki Ageng Prawira Purba tersebut. Sekedar memenuhi ajakan sang Jepang pun berlalu menuju ke Jl. Tukangan 17 untuk mengambil teko milik Ki Ageng. Dirumah Ki Ageng tersebut diambillah teko milik Ki Ageng dan segera dibawa ke Ngadisuryan untuk membuktikan membawa barang yang dipertaruhkan. Si orang Jepang tersebut merasa dipermainkan karena dia sudah mengambilkan teko Ki Ageng dirumahnya sedangkan dirinya sendiri tidak memiliki satupun teko di toko Fuji di Yogyakarta. Akan tetapi saat dirinya tiba di Ngadisuryan, terkejutlah dirinya karena dilihatnya Ki Ageng sedang menghadap satu stel teko. Ditengah keterkejutannya tersebut, si orang Jepang menanyakan kepada Ki Ageng milik siapakah teko tersebut? Jawab Ki Ageng silahkan diperiksa denganteliti dan betul, siapa pemiliknya anda pasti tahu. Semakin lama diteliti, diperiksa berulang-ulang semakin lama dari perasaan argu-ragu berubah menjadi perasan kagum. Bahwa teko tersebut adalah benar-benar miliknya yang berada di Jepang dan diapun mengakui bahwa Ki Ageng memang benar-benar orang yang istimewa karena mampu mendatangkan teko miliknya dalam waktu yang singkat.

Pengamen yang celaka

Alkisah di desa Turen Cebongan Sleman terdapat dua bersaudara bernama Widikucir dan Cermo, keduanya merupakan anak dari dalang bernama Kyai Warak. Karena memilik darah seni dari orang tuanya maka kedua bersaudara tersebut memiliki mata pencaharian sebagai pengamen.

Pada suatu hari Cap Go Meh kedua bersaudara tersebut melakukan perjalanan mengamen keliling terutama ke rumah-rumah keturunan Cina. Hari itu keduanya beruntung mendapat borongan bermain topeng dirumah seorang keturunan Cina di daerah Kricak. Permainan topeng tersebut sudah demikian matang bagi dua bersaudara tersebut sehingga mampu merebut hati para penonton. Selesaimbermain keduanya beristirahat dipinggir jalan sambil menghitung perolehan hari itu. Selagi keduanya asyik menghitung uang, tiba tiba dari jauh datang Ki Ageng Prawira Purba dari arah selatan. Adapun Cermo bersaudara yang sudah sering mendengar nama Ki Ageng tentu tidak menyianyiakan kesempatan untuk memohon doa restu. Segera keduanya menyongsong datangnya Ki Ageng seraya menghaturkan hormat.

Akan tetapi bukan petuah atau nasihat yang mereka dapat, melainkan Ki Ageng memberi keduanya masing-masing uang satu setengah sen. Widikucir diperintahkan untuk menghabiskan uang tersebut untuk membeli pisang ambon, adapun Cermo diperintahkan menghabiskan uangnya untuk menghabiskan dawet. Setelah keduanya menghabiskan pisang dan dawet tersebut, maka Ki Ageng pun beranjak pergi. Kedua bersaudara tersebut termenung dan merasa berbesar hati karena yakin akan kesaktian Ki Ageng. Selain itu jarang-jarang orang yang pernah ditraktir dan diberi uang oleh Ki Ageng. Namun yang terjadi kemudian sungguh tidak mengenakkan hati. Saat sampai di desa mereka tempat tinggal, mereka mendapat kabar bahwa rumah widikucir terbakar habis menjadi abu. Adapun Cermo tiba tiba menderita penyakit aneh yaitu sekujur lubang tubuh cermo menderita penyakit dan mengeluarkan nanah.

Setelah keduanya berunding, keduanya merasa bersalah karena mungkin kurang hormat kepada beliau. Keesokan harinya keduanya memutuskan untuk pergi sowan dan meminta maaf ke Ki Ageng. Setelah mencari cari informasi, maka datanglah keduanya ke rumah Ki Ageng untuk memohon maaaf. Akan tetapi yang berada di rumah hanya Nyi Kasihan dan Surip, sedangkan Ki Ageng sedang keluar rumah. Demi membantu tamunya tersebut, maka Nyi Kasihan dengan diserai Surip menghantar tamunya untuk mencari Ki Ageng dengan menaiki andong mereka berempat mendatangi tempat tempat Ki Ageng biasa berada. Tepat di depan gapura masjid mereka berhasil menemukan Ki Ageng, sembari melaporkan keperluan tersebut Nyi Kasihan juga hendak menyerahkan gaji Ki Ageng sebagai Bekel yang masih terus mendapat gaji dari Keraton. Ujar Nyi Kasihan "Ndoro niki kula ingkang sowan badhe nyaosaken blanja saking keraton" (Tuan saya menghadap hendak menyampaikan gaji dari keraton). Jawab Ki Ageng " mboten,mboten,mboten,sampun, wong kula mboten myambut damel kok di blanja"(jangan,jangan,jangan, saya tidak bekerja kok mendapat gaji). Ujar Nyi Kasihan ""eh mboten ngaten ndara, mboten sae nampik paringipun ngarso dalem" (jangan begitu tuan, tidak baik menolak pemberian raja). Ki Ageng sambil terpejam matanya berulang kali menggeleng menolak, maka terpaksa Nyi Kasihan membuka jari genggaman Ki Ageng dan semua uang dimasukkan dalam genggaman beliau. Uang gaji tersebut kemudian menambah isi kantong kantong yang terjait pada baju Ki Ageng. Setelah itu Nyi Kasihan melaporkan Cermo bersaudara dari Cebongan yang ingin menghadap. Setelah itu keduanya menceritakan semua peristiwa yang mereka berdua alami. Ki Ageng tidak berkomentar banyak, beliau mengatakan "wis ora ana apa apa, bali,bali,bali" sudah tidak apa apa, pulang,pulang,pulang.

Sesampainya dirumah, Cermo yang sakitpun sembuh, adapun Widikucir yang habis harta bendanya kembali menekuni usaha dengan sisa sisa yang ada. Justru dengan tekun mereka berguru kepada Ki Ageng sambil bercitacita menyusun harta mereka kembali. Bertahun tahun mereka menuntut ilmu kepada Ki Ageng, bahkan orang tua mereka yaitu Kyai Warak juga ikut berguru. Hubungan paseduluran tersebut berlanjut, bahkan kadang Ki Ageng juga datang ke desa turen untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit. Diketahui pula bahwa Kyai Warak memiliki pusaka selembar iket berwarna wulung konon berasal dari jaman Demak. Menurut Ki Ageng pusaka tersebut merupakan iket pangruwat untuk dipakai bila memainkan lakon ceritera Murwakala.mSelain berwarna wulung, juga bertuliskan arab hasil peninggalan Sunan Kalijaga. Demikianlah keluarga Warak tersebut dikemudian hari turun temurun menekuni seni wayang.

Lari lari mengelilingi mobil berjalan

Tingkah laku Ki Ageng sukar diduga oleh siapa saja. Kalau sedang diam nampak begitu angker berwibawa, dan kalau sudah seperti itu tidak akan ada yang dapat membuatnya berbicara. Apabila harus berbicarapun maka kata kata yang keluar adalah kata kata yang singkat tepat dan berwibawa. Tetapi terkadang juga sikap beliau yang angker tersebut secara tiba tiba dapat berubah menjadi lucu kekanak kanakan sehingga membuat orang lain hilang rasa takutnya.

Pada suatu hari terlihat sebuah mobil melaju dari keraton menuju ke utara, nampak mobil tersebut dikemudikan seorang pribumi dengan mengenakan blangkon dan baju warna putih dan duduk di kursi belakang seorang Belanda. Tiba tiba dari arah Kantor Pos terlihat seorang Gembel berlari mengejar mobil tersebut, sekilas pemandangan terlihat lucu (jaman dulu mobil masih jarang, dan terkadang anak anak berlarian mengejar mobil karena jarang melihat). Akan tetapi anehnya mobil yang melaju tersebut dapat dikejar oleh si gembel, bahkan sambil mobil berjalan si gembel berlari mengikuti sambil mengelilingi mobil tersebut. Hal ini membuat sopir menjadi bingung dalam mengendalikan mobil sehingga terpontang panting dalam mengemudikannya. Kejadian tersebut hanya berlangsung singkat, akan tetapi sopir yang masih kacau pikirannya mengemudi dengan pontang panting sambil gugup hingga akhirnya mobil tersebut baru bisa berhenti setelah menabrak sebuah rumah di depan bioskop Indra (sekitar utara Mirota Batik depan Pasar Beringharjo). Kecelakaan tersebut merenggut korban jiwa si orang Belanda, sedangkan si sopir hanya luka ringan, adapun mobil rusak.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar tahun 1920an, dan banyak yang menafsirkan bahwa kejadian tersebut merupakan firasat atau perlambang yaitu:

1. Mobil meninggalkan keraton dapat diartikan Belanda akan meninggalkan kekuasaan (keraton)
2. Alun alun melambangkan pusat segala kegiatan (artinya yang ditinggalkan Belanda bukan cuma kekuasaan,tetapi juga meliputi semua pengaruhnya)
3. Mobil dipermainkan seperti main kucing kucingan diartikan perang gerilya yang seperti kucing kucingan akan terjadi melawan Belanda.
4. Mobil dilepas dan menabrak rumah menggambarkan kekalahan Belanda.


Rumah Ki Ageng Kebobolan Pencuri

Walau seorang arif bijaksana dapat tahu sesuatu yang akan terjadi, akan tetapi sebagai manusia tetap tidak lepas dari garis takdir dan ketentuan Tuhan. Semua itu untuk menunjukkan bahwa manusia sejatinya hanyalah mahluk lemah yang tidak berkuasa atas apapun. Alkisah seorang laki laki bernama Atmo, sering dipanggil Atmo rembes (e untuk edan) rembes berarti mata yang kotor dan sering ada tahi mata. Atmo rembes tinggal di desa Tegalgendu, dia sering mendapat kepercayaan untuk menunggu rumah Ki Ageng di jl.Tukangan terkadang untuk beberapa hari.

Suatu hari Ki Ageng sekeluarga beserta Nyi Kasihan dan Surip hendak pergi ke Demak menengok saudaranya yang menjadi istri Bupati Demak. Selain kunjungan keluarga juga ada rencana ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.

Sebagai tanda kasih RAA Harya Hadiningrat yang isteri Bupati tersebut memberi uang sebesar f 400,- kepada adiknya Raden Bekel Prawira Purba. Sedang Nyi Kasihan mendapat hadiah beberapa lembar kain batik. Mereka juga dihantarkan mengunjungi makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, dan setelah kunjungan selesai maka sekeluarga kembali melanjutkan perjalanan dengan naik KA ke Solo. Sepanjang perjalanan KA seperti biasa Ki Ageng terdiam dengan mata terpejam seperti bermeditasi, adapun istri dan anaknya asyik dengan kesibukan masing masing. Tiba tiba Ki Ageng berbicara memecah kesibukan masing masing, beliau berkata"mangke arta kula caosaken" (nanti uang saya serahkan). Setelah itu beliau kembali terdiam dan masing masing kembali ke kesibukan masing masing. Sesampai di stasiun Gundih, Ki Ageng mengeluarkan uang dan menyerahkan ke Nyi Kasihan, dan Nyi Kasihan juga menerima dengan wajar. Sore hari mereka sampai di Yogyakarta dan turun di Stasiun Lempuyangan, Ki Ageng berkata "mangga kula atur kundur rumiyin" (silahkan pulang duluan) maka Surip dan Nyi Kasihan pulang dengan naik andong.

Sesampai di rumah ternyata atmo yang disuruh menunggu rumah tidak kelihatan batang hidungnya, dan seisi rumah terrkuras habis, rupanya atmo telah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan. Sebagai seorang istri orang linuwih Nyai Kasihan menerima dengan tabah akan ujian ini. Bahkan Nyi Kasihan beranggapan ini mungkin peringatan baginya agar tidak terlalu memikirkan harta duniawi, walaupun sebenarnya bila Ki Ageng ingin mencari harta dunia maka rumah tersebut tentu tidak akan muat menampung harta yang dapat diperoleh. Akan tetapi justru Ki Ageng yang sudah lepas dari duniawi tidak banyak menyimpan harta dirumah.

Menurut Nyai Kasihan sebenarnya Ki Ageng sudah sedikit menyinggung dengan menyatakan akan menyerahkan semua uang yang didapat dari Demak, akan tetapi Nyi Kasihan kurang tanggap akan hal tersebut. Ditambah dengan keputusan Ki Ageng yang tidak mau langsung kembali ke rumah setiba di stasiun Lempuyangan sekaligus menunjukkan bahwa Ki Ageng sudah tidak terikat dengan kebendaan dan beliau tidak mau direpotkan dan dibuat sedih akan peristiwa kehilangan dirumahnya.

Kritik untuk Seorang Ulama

Alkisah seorang ulama bernama Raden Bei Mangunpragola yang tinggal di Kemetiran dan tekun menjalani ibadah. Sudah menjadi kebiasaan beliau berjalan kaki menuju masjid untuk beribadah, sekaligus bersilaturahmi dengan kenalan di sepanjang jalan menuju masjid. Pada suatu hari Jumat sepulang dari Shalat Jumat Raden Bei berjalan bersama sama jamaah lain pulang menuju rumah masing masing. Tiba tiba diantara sekian banyak orang tersebut menyeruak dan menerobos rombongan dan dia adalah si gembel Ki Ageng Purba . Dihadapan Raden Bei Mangunpragola Ki Ageng Prawira Purba melepas gamparan (alas kaki) sambil berkata"dhewe dhewe anggone, dhewe dhewe anggone, dhewe dhewe anggone"(Masing masing pemakaiannya). Banyak orang menghindar dan menjauh karena segan, akan tetapi Raden Bei tidak sempat menghindar, dan sepertinya justru dirinyalah (Raden Bei Mangunpragola) yang menjadi tujuan perbuatan Ki Ageng tersebut.

Raden Bei merenungkan maksud perbuatan Ki Ageng tersebut, dhewe dhewe anggone, sedangkan dua buah gamparan kanan dan kiri adalah dua barang yang serpa tadi tidak sama, Akan tetapi selalu dipakai bersama sama. Mungkin dimaksudkan dua hal yang lain pemakaiannya tetapi sebenarnya yang itu juga. Kemudian dihubungkan pula dengan trejadinya perisiwa disaat pukang Jumatan, pasti hal tersebut ada hubungannya dengan pengamalan iman.

Setelah lama merenungkan Raden Bei mengakui bahwa memang tepat isarat Ki Ageng bahwa walaupun dirinya (Raden Bei) merupakan orang yang rajin menjalankan ibadah, akan tetapi caranya masih terrbatas dalam shalat lima waktu. Adapun amal perbuatannya masih belum sesuai dengan keimanannya. Mungkin isarat tersebut merupakan anjuran atau kritik kepada Raden Bei dalam menunaikan ibadah. Juga sisi kiri dan kanan gamparan adalah bentuk berbeda akan tetapi memiliki fungsi sama, bahwa dalam tataran tertentu agama sebenarnya mengajarkan hal yang sama yaitu kebenaran dan kebaikan.

Semenjak saat itu Raden Bei melakukan perenungan mendalam terhadap ilmu agama, sehingga akhirnya dapat mencapai ilmu hakekat dan disertai pengamalan dalam kehidupan sehingga hidupnya berimbang dan harmonis dalam dalam ibadah maupun dalam pergaulan. Kesimpulan isarat Ki Ageng tersebut adalah bagaimana cara agar dalam menunaikan ibadah jangan terbatas tata lahir saja, akan tetapi harus mendalam dalam sanubari sehingga dapat terpancar pada perbuatan serta sikap dalam perbuatan.

Menemukan makam kuna
Alkisah ada seorang bernama Wanasemita yang tinggal di desa Polaman Sedayu yang setiap hari pergi ke Beringharjo untuk berjualan sayuran maupun hasil bumi lainnya. Pada hari itu dagangan Wanasemita sudah laris terjual dalam waktu yang cukup cepat, sehingga masih agak pagi sudah habis terjual semua dagangannya.
Sambil menunggu beberapa uang pembayaran yang belum dia terima Wanasemita membeli es campur di salah satu kios di Beringharjo. Disaat meminum es tersebut tiba tiba dirinya didorong orang, tentu saja es ditangannya tumpah. Masih belum menyadari apa yang terjadi lagi lagi dia kembali didorong orang bahkan lebih keras sehingga jatuh terguling ditanah. Tanpa ada kesempatan berdiri sudah disusul disiram air pencuci gelas seember penuh. Dengan keadaan terjengkang ditanah ditambah kondisi basah kuyup, spontan emosinya naik dan marah. Tapi demi melihat bahwa pendorongnya adalah Ki Ageng Prawira Purba maka sebisa mungkin ditahannya emosi tersebut.
Pada waktu itu banyak yang meyakini bahwa barangsiapa dipermalukan atau mendapat perlakuan yang kurang tepat dari Ki Ageng justru merupakan firasat bahwa dirinya nanti akan mendapat keberuntungan. Maka Wanasemita pun berdiam diri sambil menahan emosi serta berharap dia akan mendapat keberuntungan.
Kira kira sebulan kemudian Ki Ageng tiba tiba mendatangi tempat tinggal Wanasemita di atas gunung Polaman selatan Sedayu. Disaat tiba dirumah Wanasemita Ki Ageng langsung masuk rumah tanpa permisi atau mengucap apapun dan langsung duduk lesehan diruang depan karena tidak adaperaot rumah. Wanasemita yang mendengar suara orang batuk di kamar depan segera keluar kamar untuk melihat siapa yang batuk tersebut. Tiba tiba terkejutlah wanasemita demi melihat yang hadir adalah Ki Ageng dan sedang duduk di tanah beralaskan getepe. Teringatlah dia bahwa sebulan yang lalu dirinya dipermalukan di pasar Beringharjo, akan tetapi rasa hormat tetap ada didalam hatinya. Maka digelarlah tikar pandan sebagai upaya menghormati tamunya. Akan tetapi Ki Ageng tetap tidak mau dan memaksa duduk di getepe.
Segala hidangan yang disuguhkan juga ditolak, Ki Ageng hanya menerima suguhan minuman saja. Setelah beberapa saat Ki Ageng beranjak keluar rumah dan melihat lihat pekarangan. Wanasemita masih belum memahami kemauan tamunya tersebut, maka dia hanya mengikuti saja. Setelah sekian lama berjalan jalan jauh di sekitar kampung maka Ki Ageng berhenti di sebuah gua sebelah tenggara lereng bukit. Dengan berjalan dan termangu mangu ki Ageng berkata "menika satunggaling makam kina, makam naratapa majapahit" (ini makam kuna, salah satu pertapa majapahit). Gua menika pertapanipun, lan mestinipun mboten namung setunggal makam punika aslinipun gangsal sedayanipun(gua ini adalah tempat pertapaannya dan mestinya bukan cuma satu makam saja akan tetapi ada 5)
Ki Ageng menuruni lereng arah utara dan tidak jauh dari lokasi itu ditunjuk agar wanasemita menggali, Ki Ageng meninggalkan tempat itu dengan pesan suatu saat akan datang lagi membangun makam tersebut. Penggalian pertama oleh wanasemita ditemukan mata air, dari bentuk tepiannya diduga mata air tersebut bikinan manusia. Penggalian demi penggalian dilakukan dan ditemukan tiga mata air. Diperlukan waktu dua minggu untuk menggali, dan setelah selesai maka wanasemita melapor kepada Ki Ageng.
Pada akhir pemugaran maka dilakukan selamatan, pengunjung banyak yang datang bergotongroyong. Banyak pula yang sibuk menyiapkan makanan dan merebus minuman. Tetapi telah berjamjam direbus minuman tetap saja air tidak bisa mendidih, peristiwa tersebut akhirnya mengundang banyak orang yangmelihat dan akhirnya tersiar kabar bahwa air di mata air tersebut adalah air ajaib. Dan Polaman kedatangan banyak tamu untuk melihat mata air tersebut (sendang).
Pada peristiwa pemugaran tersebut terungkaplah bahwa setelah keruntuhan Majapahit, seluruh putera Brawijaya menyebar keseluruh nusantara. Putera yang ke 91 bernama raden Paneti (putera Prembi) menghabiskan sisa hidupnya menetap di Polaman, dan sampai akhir hayatnya dimakamkan di Polaman.

Berkunjung ke Kenangkan

 Sedikit mengulang mengenai latar belakang orangtuanya KI Ageng Prawira Purba dimana ayahnya diasingkan ke Pulau Timor karena dituduh sepaham dengan Gusti Pangeran Mohamad Surengalogo (mungkin yang dimaksud adalah pemberontakan Suryengalaga. Berdasarkan kisah sejarah bahwa Pangeran Mohamad Suryengalaga dibuang/diasingkan ke Manado, Pangeran Suryengalaga masih tergolong uwak dari RB Prawira Purba.

Ki Ageng Prawira Purba sering mendengar kabar angin bahwa ayah maupun uwaknya tersebut telah pulang ke Jawa. Kabar terakhir yang dia terima bahwa Pangeran Mohamad berada di Desa Kenangkan Karangjati Semarang. Diantara kesibukan mendatangi desa-desa yang telah dijadikan tempat praktek secara rutin diantaranya Warak, Cebongan, Pilaman, Sedayu, Dogongan, Sorosutan, Ki Ageng merencanakan perjalanan ke Kadilangu Demak sekaligus juga dalam rangka mencari orangtuanya di Kenangkan.
Kedatangan Ki Ageng Prawira Purba di Kenangkan mengunjungi sebuah gubug yang reyot, kecil, akan tetapi halamannya luas sampai kebunnya yang kurang lebih seluas 6 ha. Gubug kecil tersebut penuh dikunjungi tamu. Tamu tersebut datang dari berbagai pelosok jawa, dan datang dengan kemauan sendiri tanpa undangan. Rupanya para tamu tersebut datang untuk menghormat seorang ibu yang baru melahirkan anak. Ibu tersebut bernama Raden Ayu Panukmowati pelarian dari Kediri. Menurut kecurigaan pemerintah Belanda bahwa ibu tersebut merupakan isteri dari Pangeran Mohamad Suryengalaga (yang secara resmi diasingkan ke Manado). Tak heran bila diantara keramaian tamu tersebut terdapat tiga orang polisi, yang siap menangkap Pangeran tersebut bila memang berada disitu.

Kehadiran Ki Ageng di Kanangkan juga turut menyemarakkan suasana. Walaupun sudah mempunyai nama besar, dikenal juga dengan kepribadian unik yang sudah ditebak, rupanya Ki Ageng Prawira Purba ini mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi. Jauh sebelum memasuki rumah masih berada dibatas halaman Ki Ageng sudah berjalan dengan sikap hormat: laku dodok sambil sebentar menyembah menghormat tuan rumah. Setelah tepat berada dihalaman tuan rumah maka dia menyembah dengan khidmat . Pangeran Mohamad adalah saudara tua dari Pangeran Suryo Mataram (ayah Ki Ageng) walaupun dari segi umur Pangeran Suryo Mataram lebih tua, tapi kalau orang jawa bilang awu-nya lebih tua (abu nya lebih tua).
Cukup lama Ki Ageng berbicara dengan RA Panukmowati, kemudian dilepasnya sebuah kantung dari jubah dan diserahkan ke RA Panukmowati. RA Panukmowati ragu-ragu untuk menerimanya, maka Ki Ageng berkata “Kanjeng ibu, nandalem mboten ajrih, ingkang punika sayektos kagem nyaosi daharan tamu, tamu nandalem kathah sanget, kagem mundhut daharan” (Ibu, jangan taku, ini hanya sekedar untuk menjamu tamu, tamu disini banyak sekali, untuk membeli makanan/jamuan).
RA Panukmowati maksudnya hendak menolak pemberian uang Ki Ageng, sebab biasanya pemberian/perbuatan Ki Ageng mengandung maksud/isyarat tertentu. Akan tetapi setelah mendapat penjelasan tersebut, maka diterimanya pemberian Ki Ageng tersebut. Selanjutnya Ki Ageng berkata “Kanjeng ibu nandalem atur yakin, pikantuk kanugrahaning Pangeran sadaya panjongko Kabul” (ibu agar yakin, mendapat anugrah Tuhan semua harapan akan dikabulkan).
Tamu banyak membantu menyumbang, dari sumbangan tersebut terkumpul uang f 2000,- (dua ribu gulden). Kebetulan pemilik rumah yang ditumpangi untuk melahirkan tersebut bersimpati kepada Pangeran Mohamad dan menyerahkan tanah tersebut untuk dibeli. Kemudian RA Panukmawati membangun rumah permanen sampai akhir hayatnya. Setelah pertemuan ini, seterusnya Ki Ageng sering mengunjungi Kenangkan.

September 1928
Suatu hari Ki Ageng datang ke Kenangkan menunjukkan gejala lain dari biasanya, ki Ageng sengaja tidak masuk pendopo rumah seperti biasanya, saat itu dia lebih senang langsung masuk dapur. Dia terlihat seperti orang kebingungan dan panik, mondar-mandir. Dalam bingungnya wajahnya juga terlihat susah, tiba-tiba terucap “Rek Suroboyo, bangone tutup,bubar, bubar, bubar. Tanggal 28 Oktober 1928 setelah selesai kongre Pemuda di Batavia dengan hasil SUMPAH PEMUDA sebagi puncak perjuangan pemuda dalam sumpah setya kebangsaan menuju Indonesia Merdeka. Peristiwa tersebut disusul penangkapan tokoh-tokoh pergerakan oleh pemerintah Belanda. Dahulu Pangeran Mohamad masih muda, seribu kali menyamar seribu kali ganti nama dalam menghindari tangkapan Belanda. Tapi saat itu beliau sudah tua, sehinga kekuatan fisiknyajauh berbeda dibanding masa mudanya. Pada tanggal 30 Oktober 1928 datanglah sepasukan Belanda di Kanangkan dan mengerebek Pangeran Mohamad Suryengalaga dan RA Panukmawati. Keduanya ditangkap dan ditawan ke Semarang. Kata Pangeran Mohamad kepada RA Panukmawati saat penggerebekan “sampun diajeng, raga sampun sepuh perjuangan sampun wonten ingkang nerasaken, sampun mboten wancinipun oncat malih.” Dan akhirnya beliau diasingkan ke Bangka. Sedang tokoh tokoh pergerakan yang lain dibuang ke Digul, Sawahlunto,dll.
Terbukti isarat Ki Ageng Prawira Purba bahwa Rek, Suroboyo, bangone tutup bubar,bubar,bubar. Bango Kenangkan telah ditutup, tamu tamu pengikut gerakan Pangeran Mohamad telah bubar, ditinggal induknya menjalani pengasingan.

Kisah dari Sorosutan

Diantara sekian banyak desa yang sering dikunjungi Ki Ageng adalah Sorosutan. Di Sorosutan tinggal seorang pemuda bernama Surono putera dari Harjawigeno. Pak Harjawigeno maupun paman Surono mengidap sakit ingatan, sehingga Surono lah yang menanggung beban hidup keluarganya. Surono juga harus menanggung mbok Beruk neneknya. Amarhum suami mbok Beruk adalah seorang Bekel, selain itgeng u mbok Beruk juga berdagang ternak dan hasil bumi sehingga mbok Beruk termasuk orang yang paling berkecukupan di desa nya.

Dari kampung berangkat membawa ternak dan hasil bumi menggunakan Cikar menuju pasar Muntilan, pasar Mertoyudan maupun pasar lain, kemudian pulangnya membeli belanjaan untuk di jual di Desa Sorosutan. Surono membantu sebagai kusir Cikar membantu neneknya. Kekayaan yang diperoleh dari hasil berdagang tersebut ditafsirkan lain oleh masyarakat di sekitar mereka, ditambah keadaan pak Harjawigeno dan adiknya yang kurang waras. Masyarakat beranggaapan bahwa mbah Beruk memelihara tuyul atau pesugihan, dimana kedua anaknya menjadi tumbal atas pesugihan tersebut.

Selain membantu neneknya Surono masih menyempatkan untuk mengaji di sore harinya, adapun jaman itu tidak banyak anak yang bersekolah. Pada suatu hari saat Surono berjalan menuju tempat guru mengajinya ditengah jalan dicegat oleh Ki Ageng Prawira Purbo. Surono dihajar dan dipukuli sampai menangis, sehingga akhirnya bocah itu pulang dan mengadukan pada neneknya. Maka hebohlah penduduk Sorosutan ada yang beranggapan bahwa hajaran tersebut merupakan firasat bahwa keluarga mbok Beruk akan sukses, tetapi ada juga yang menafsirkan hal tersebut sebagai pelajaran karena menjalani pesugihan.
Pada suatu hari pergilah Mbok Beruk ke Yogyakarta guna mencari Ki Ageng untuk memohon petunjuk. Di alun alun mbok Beruk berhasil menjumpai Ki Ageng, dan mencurahkan apa yang menjadi keingintahuannya tersebut. Akan tetapi jawaban Ki Ageng singkat saja, "hes,kono lekas golekana" (hes..sudah..segera kamu cari). Karena bingung dan tidak memahami makna nasehat Ki Ageng, maka mbok Beruk kebingungan dan mencari tahu siapa yang kira kira bisa menafsirkan nasehat tersebut. Di daerah Juminahan ada seseorang yang sering bisa menafsirkan nasehat nasehat Ki Ageng,namanya Raden Mas Sahid. RM Sahid menyarankan agar mbok Beruk sekali lagi mendatangi Ki Ageng untuk memohon petunjuk dan kejelasan. Maka dijumpainya lagi Ki Ageng, akan tetapi sekian lama mengungkapkan isi hatinya Ki Ageng tetap terdiam. Akhirnya setelah sekian lama mbok Beruk terus mengulangi maksud hatinya ditambah dengan menelungkupkan badannya di tanah berulang ulang dan bertekad tidak akan berhenti sebelum
Ki Ageng menjawab.

Akhirnya Ki Ageng menyerah juga ungkap beliau " wong kok do ting blasur ki golek apa?" (orang kok pada tidak jelas seperti ini yang dicari apa?). Ki Ageng berdiri dan langsung menarik mbok Beruk menuju Sorosutan, dalam perasaannya mbok Beruk merasa Ki Ageng berjalan cepat sekali seolah olah terbang.

Meskipun dengan susah payah Mbok Beruk berhasil mengundang Ndara Purba datang ke Sorosutan. Paling tidak dengan kehadiran Ndara Purba, kesulitannya mengenai anaknya yang sakit ingatan, serta anggapan penduduk sekitar bahwa Mbok Beruk memelihara pesugihan dan kedua anaknya menjadi “lebon” (tumbal) bisa diklarifikasi. Setelah berada di Sorosutan Ki Ageng ternyata cukup betah tinggal di rumah Mbok Beruk dan lambat laun setelah mendapat usada dari Ndara Purba maka Harjowigena sembuh, walaupun setelah sembuh Harjawigena meninggal dunia.
Kehadiran Ndara Purba mulai membuat terang permasalahan, Somopawiro (paman Surono) telah sembuh pula dari sakitnya. Atas kesembuhan Somopawiro tersebut Ndara Purba sangat gembira bahkan sampai menari-nari. Tarian tersebut bahkan memuncak sampai beliau ngibing mengelilingi Somopawiro, rupanya perasaan gembira juga sedang dirasakan Somapawiro sehingga sebenarnya Ndara Purba sedang mengungkapkan perasaan Somopawiro tersebut.

Ternyata Ngibing tersebut juga merupakan firasat, setelah beberapa hari kemudian Somopawiro telah pergi tanpa pamit dengan membawa sejumlah uang. Kepergian ini menurut istilah Surono pergi menuruti perasaan gembira. Adapun menurut istilah mbah Beruk kepergian Somopawiro ibarat ayam lari kehutan, orang umum mengatakan minggat. Setelah sekian lama pergi dan akhirnya kembali, maka oleh Ndara Purba nama Somapawiro diganti menjadi Jayapawiro.

Adapun Mbok Hardjowiyono ibu Surono berdagang kain lurik. Seorang yang pendiam dan tidak terlalu perduli dengan keadaan sekitarnya, bahkan saat Ndara Purba datang pun tidak pernah dia menjumpai beliau. Mbok Hardjawiyono agak kurang percaya terhadap Ndara Purba Usaha. Seiring dengan naik turunnya kehidupan, begitu pula usaha dagang yang dijalankan mbok Hardjowiyono. Beberapa kali merugi menyebabkan usahanya semakin susut. Walaupun dilakukan penambahan modal, pada akhirnya akan susut lagi. Kesulitan inipun diceritakan kepada Mbok Beruk, oleh mbok Beruk disarankan agar meminta doa restu kepada Ndara Purba. Tetapi Mbok Hardjowigeno merasa kurang yakin bahwa kesulitan dagang apakah bisa diperbaiki dengan upaya doa (upaya bathin). Karena tak kunjung menghadap Ndara Purba, maka Mbok Beruk lah yang mengambil inisiatif menemui Ndara Purba. Ungkap beliau “Ndara kadospundi mantu kula kok ndeprok kemawon?” (Tuan bagaimana ini menantu saya kok keadaannya terduduk seperti ini terus?ungkapan bahwa usahanya tidak berkembang). Maka kata Ndara Purba “kon njenggelek ora turu bae, ayo njenggelek” (suruh bangun, jangan tidur melulu, ayo bangun).

Kata-kata tersebut mengandung sugesti bagi Mbok Hardjowigeno, sehingga dia bersemangat lagi, tekun dan menghayati usahanya. Akhirnya usaha Mbok Hardjowigeno dapat kembali lancer usahanya. Mbok Hardjowigeno yang tadinya tidak percaya kepada Ndara Purba, akhirnya menjadi pengikutnya juga.

Di Sorosutan, satu-satunya yang memiliki gamelan adalah Mbok Beruk (Gamelan saat itu juga sekaligus menunjukkan status kekayaan atau kesejahteraan seseorang). Ki Ageng Prawira Purba sangat menyukai seni gamelan, bila beliau datang berkunjung maka gamelan pun sering dimainkan.
Suatu ketika karena kebutuhan uang yang mendesak maka gamelan terpaksa dijual ke orang lain. Beberapa saat kemudian datanglah Ndara Purba ke rumah mbok Beruk, demi mengetahui bahwa gamelan sudah dijual maka beliau merasa sedih. Saking sedihnya timbul perilaku kekanak-kanakan Ndara Purba, beliau menangis meraung-raung sambil berguling-guling di atas amben (ranjang).

Selang beberapa hari kemudian pembeli gamelan datang ke rumah mbok Beruk untuk menyerahkan kembali gamelan yang dibelinya. Adapun soal kembalinya uang terserah Mbah Beruk kapan saja apabila Mbah beruk sudah dapat uang. Menurut keterangan pembeli gamelan, hal tersebut dilakukan karena gamelan tersebut banyak yang tidak bunyi (bungkem) dan kalaupun berbunyi larasnya tidak cocok. Rupanya terdapat kontak antara Ndara Purba dengan gamelan tersebut. Setelah gamelan dikembalikan, maka Ndara Purba pun gembira kembali dan gamelan pun dapat dimainkan kembali.
Setelah menikah Surono suami isteri mendapat nama dewasa yaitu Mangun Pawiro suami isteri. Setelah menikah keduanyapun ingin tinggal terpisah dan berharap dapat membeli tanah dan membangun tempat tinggal. Untuk keinginan inipun Mbah Beruk menganjurkan cucunya agar memohon doa restu Ndara Purba. Sayangnya Mbok Mangun Pawiro (isteri Surono) ini seorang yang sangat pemalu, apalagi dihadapkan dengan Ndara Purba yang angker berwibawa dan susah ditebak perilakunya.

Untuk melatih menghilangkan malu tersebut, maka diperintahkan oleh Mbah Beruk agar cucu menantunya ini mulai belajar menghidangkan makanan dan minuman ke ruang Ndara Purba. Maka dengan langkah perlahan dan gemetar Mbok Mangun Prawira ini mengantarkan talam dengan suguhan diatasnya. Sebenarnya hal tersebut juga tidak luput dari perhatian Ndara Purba, maka timbullah rasa usilnya Ndara Purba. Pada saat akan memasuki kamar, maka Mbok Mangun Prawira mengucapkan salam “kula nuwun” (permisi) setelah mendapat perkenan dari yang di dalam kamar maka mbok Mangun Prawiro masuk sambil membawa talam sajian tersebut. Setelah hidangan diletakkan maka Ki Ageng langsung berteriak “ Mbah, Mbah Beruk, mbah…putu sampeyan Mangun Prentil mbeto ageman kula, gondel, gondel, gondel…”. Begitu terkejutnya mbok Mangun Prawira maka sambil berlari keluar membawa nampan mendatangi mbah Beruk menubruknya dan menangis sejadi-jadinya. Setelah ditanya Mbah Beruk, apa yang diambil oleh cucu menantunya tersebut? Jawab Mbok Mangun Prawira “Bagaimana saya berani mengambil barang milik Ki Ageng Prawira Purba, ketemu orangnya saja saya sudah sedemikian takut, disumpahpun saya tidak mengambil barang apa-apa dari dia”. Mbah Beruk pun memahami bahwa sebenarnya hal tersebut merupakan lelucon Ki Ageng terhadap Mbok Mangun Prawira yang penakut.
Kiranya isyarat Ki Ageng Prawira Puba dimana perujudan rasa takut yang memuncak yang disebabkan oleh perlakuan Ki Ageng baik berupa hajaran, naupun gertakan dari Ki Ageng memiliki makna yang sama. Terbukti tidak lama dari peristiwa gertakan tersebut Mbah Pingi penduduk Sorosutan menawarkan sebidang tanah kepada Mbah Beruk. Letaknyapun tidak jauh dari rumah Mbah Beruk .

Jauh sebelum Ndara Purba meninggal dunia beliau telah mempersiapkan sebidang tanah untuk makamnya kelak. Sebidang tanah di Tegalan Tahunan cukup luas untuk membangun satu rumah komplit beserta serambi dan pelataran. Banyak kenalan yang diajak bermusyawarah mengenai rencana pembangunan calon makam tersebut. Mbah Beruk juga dimintain bantuannya, kata Ki Ageng “mBah kula sampun madik, kula mang gaweke omah nggih mbah” (mbah saya sudah dekat waktunya, minta tolong dibuatkan rumah ya mbah). Setelah Ndara Purba meninggal dunia, disusul pula mbah Beruk meninggal dunia. Sepeninggal mereka Mangun Prawira (Surono) melestarikan adat berbakti kepada Ki Ageng Purba Prawira dengan cara menghimpun para pengagum Raden Bekel Prawira Purba, mengadakan selamatan di Tegal Tahunan maupun di Sorosutan setiap hari wafatnya serta pada hari sadranan setiap tahun sejak meninggalnya Ndara Purba pada tahun 1933 tidak pernah absen sampai dengan saat tulisan ini dibuat (1992).

Perjalanan Akhir
Tahun 1923
Madik Calon Makam
Sukaryo adalah Lurah desa Tegal Tahunan Semaki dengan dibantu anaknya Jayus sebagai Carik (Sekdes) mereka berdua adalah pengagum Ki Ageng Prawira Purba.
Suatu saat Sukaryo dipanggil ke rumah Ndara Purba,dirumah Ndara Purba Sukaryo mendapat permintaan dari beliau “Kula mang yasakaken calon dalem kagem benjang nggih” mohon saya dibuatkan rumah untuk nanti ya..
Begitu mendapat amanat untuk membuat rumah, maka Sukaryo yang sangat menghormati Ndara Purba merasa mendapat kehormatan. Maka segera dibuatlah rumah menurut pemahamannya. Di Tegal Tahunan tepatnya dipinggir jalan Semaki tersebut segera dibangun rumah mungil lengkap dan diisi perabotan rumah tangga. Rumah tersebut menghadap selatan. Setelah semua selesai, maka Sukaryo segera melaporkan kepada Ndara Purba.
Beberapa waktu kemudian sekeluarga Ndara Purba beserta Nyi Kasihan dan Surip naik andong ke Tahunan untuk melihat hasil karya Sukaryo tersebut. Kedatangan mereka disambut Lurah Sukaryo beserta Carik Jayus. Sebuah rumah mungil beserta perabot, disebelah barat juga terdapat pohon adem adem ati besar dan rindang, Ki Ageng Prawira Purba pun memeriksa rumah tersebut.
Mula mula Ndara Purba berdiri disebelah timur menghadap ke barat, kemudian merenung terdiam sebentar, kemudian menoleh kekanan kekiri. Beberapa saat kemudian Ndara Purba berkata “dede niki mbah griya kulo” bukan ini mbah rumah saya. Setelah itu dilanjutkannya memeriksa bagian sebelah barat diikuti Lurah Sukaryo dan Carik Jayus. Setelah itu beliau bersandar pada pohon sambil menghadap ke timur sambil berkata “niki mbah griya kulo, dan oleh Carik Jayus petunjuk Ki Ageng Prawira Purba ini diberi tanda tiga buah patok sesuai dengan garis tiga deret yang telah ditetapkan Ndara Purba. Dari garis tersebut kemudian dibangun tiga garis calon makam dan rumah sebagai calon cungkup. Selesai penunjukan mendekati pohon adem adem ati dan pohon dikelilingi tiga kali putaran, maka rebahlah pohon kearah barat. Ini isyarat Ki Ageng Purba Prawira waktu madik calon makam tempat istirahat kelak. Dapat dilihat perbedaan maksud antara pemahaman Sukaryo dengan maksud Ndara Purba,dimana maksud Ndara Purba pesanggrahan adalah tempat peristirahatan terakhir atau makam, sedangkan pemahaman Sukaryo adalah tempat pesanggrahan atau tempat tinggal.
Kata Ndara Purba “Ibu Nyai Kasihan,papan punika kula paring tetenger Karang Kebolotan Sekar Megar Sore, kula badhe mapan wonten ngriki” Ibu Nyai Kasihan, tempat ini saya kasih nama Karang Kebolotan Sekar Megar Sore, saya akan dimakamkan disini. Kata Sukaryo “Dhawah kaleresan Ndara saged dados pepunden kagem putra wayah” Kebetulan Ndara bisa menjadi pepunden bagi anak cucu. Penunjukan makam tersebut atas keinginan pribadi Ndara Purba walaupun beliau dapat dimakamkan di Imogiri tempat yang lebih layak dan terhormat.
Pepunden dalam arti bahasa jawa merupakan tempat yang dihormati, hal ini wajar saja dalam pengertian agama Islam. Seperti dikisahkan di zaman Salafus shalih bahwa Aisyah RA mengunjungi makam Rasulullah maupun makam ayahnya Abu Bakar Ash Shidiq pada saat itu beliau bisa leluasa berkunjung. Akan tetapi setelah makam tersebut bertambah dengan makam Umar Bin Khattab maka Aisyah tidak leluasa lagi karena terdapat seseorang (makam) yang bukan muhrimnya. Begitu pula analogi dengan makam Ndara Purba, artinya dengan keyakinan bahwa orang yang meninggal itu bisa tahu siapa saja yang mengunjungi makamnya maka tidak salah bila anak cucu keturunan Ndara Purba memiliki makam beliau sebagai pepunden leluhur yang menjadi pelajaran dan inspirasi bagi anak keturunannya pada khususnya ataupun masyarakat pada umumnya.
Persiapan Pembangunan
Surip yang anak angkat Ndara Purba telah memasuki umur remaja bahkan sudah dapat membantu orangtuanya. Menjelang pelaksanaan pembangunan Surip mendapat tugas usaha pengadaan tenaga dan material.
Gamping :dibeli dari Demang desa Gamping.
Batu merah :diusahakan dari Setra Badut seorang pengikut Ki Ageng Prawira Purba dari desa
Kronggahan.
Batu Nisan : dipesan tiga buah dari wetan Beteng seharga f 125, (seratus dua puluh lima gulden).
Tukang Batu : Dikoordinir oleh Somocakra dari desa Patangpuluhan.
Tukang Kayu : Diserahkan kepada Somodani dari desa Dongkelan.
Plafon Kayu : dibuat dari kayu wungu sumbangan dari demang Sorosutan
Uang tunai : f 400 sumbangan Karsodimejo Lurah Tresan Ngluwar Magelang.
Pekerjaan pertama
Permukaan tanah sangat rendah sehingga dibutuhkan urugan, mbah Beruk beserta cucunya Mangun Prawira menyediakan dua cikar. Pekerjaan urugan diselesaikan dengan bolak balik mengambil tanah dari desa Muja Muju sebanyak 200 cikar tanah atau 100 kali angkutan 2 cikar pinjaman dari mbah Beruk tersebut.
Selesai urugan dilanjutkan dengan pembuatan gentan atau kulahan yang dibuat dari batu merah dan semen. Gentan dibuat tiga buah sesuai petunjuk Ndara Purba yang diberi tanda Pathok oleh Jayus. Setelah itu dimulai pekerjaan pembuatan rumah cungkup. Pekerjaan tersebut banyak menghabiskan waktu, tenaga kerja yang datang dari desa kebanyakan tidak mau diberi upah walaupun dipaksa sedemikian rupa. Hal tersebut mungkin dikarenakan mereka bekerja dengan gotongroyong dimana masyarakat jaman dahulu lebih ringan tangan dalam bergotong royong, selain itu mereka juga mengharap ngalap berkah dan doa restu Ndara Purba.
Setelah pembangunan selesai maka ditunjuk Mbok Marjadi sebagai petugas yang mengatur kebersihan dan Pak Mat Yahyo sebagai penjaga keamanan. Mereka masing masing mendapat uang belanja 2 f, dua gulen sebulan dari Nyi Kasihan.
Maka selesai sudah pembangunan makam Karang Kebolotan Sekar Megar Sore. Ndara Purba pun kini punya kebiasaan baru, perhatiannya selalu tertarik pada nomor andong. Dimana saja, kapan saja bila ada andong lewat diperintahkannya Surip untuk mengejar dan membaca nomor andong tersebut. Demikian pula setiap hendak bepergian naik andong pun juga dilakukan usaha melihat nomor andong tersebut. Entah apa maksudnya dengan melihat nomer tersebut Nyai Kasihan maupun Surip tidak mengetahui. Sudah ratusan andong yang dilihat Surip tetapi tetap saja belum menemukan nomor andong yang cocok.
Atas sumbangan tanah dari Lurah Sukaryo maka makin akrab persaudaraan Ndara Purba dengan Sukaryo, hal tersebut dipererat dengan ungkapan Ndara Purba kepada Surip”Surip kowe saiki wis gedhe, ora bakal ndherek rama salawase,sing ngati ati wae romo mung mujekke kadi kadohan. Surip kamu sudah dewasa, dan tidak selamanya ikut dengan ayah, hati hati lah ayah cuma mendoakan dari jauh. Katakata ini selanjutnya berlanjut perjodohan antara Surip dengan Jayus.

Tahun 1933 saat mendekati ajal
Hari itu merupakan hari rebo legi yaitu hari kelahiran Ki Ageng Prawira Purba, setelah semalam suntuk tidak tidur berpuasa neton, Ki Ageng menikmati nasi sayur bobor bayam dengan lauk tempe goreng bawang dengan sambal gosrek. Masakan tersebut merupakan kegemaran Ki Ageng dalam berbukapuasa neton. Memang sudah menjadi adat beliau untuk tidak tidur semalam suntuk setiap hari neton atau hari kelahiran beliau. Beliau biasa duduk dihalaman rumah atau kebun sambil membaca kitab kidungan. Setelah selesai makan beliau terlihat sangat puas,kemudian beliau memanggil Surip “Rip, kae ana andong liwat, coba deleng nomor pira”Rip, itu ada andong lewat, coba liat nomor berapa. Surip pun segera lari untuk melihat andong lewat tersebut dan melihat nomornya, kata Surip “sewidak kalih rama” enam puluh dua ayah.
Kata Ki Ageng “Bu Nyai Kasihan, nomor ingkang kula padosi pinten pinten tahun sakpunika sampun pinanggih, andum slamet nggih bu Nyai donga dinonga; Rip, kowe wis gedhe sing ngati ati romo tansah ndongakne kadi kadohan.” Bu Nyai Kasihan nomor yang saya cari bertahuntahun sekarang sudah ketemu, saling mendoakan selamat ya bu; Rip kamu sudah besar berhati hati ayah selalu mendoakan dari jauh.
Kemudian kata bu Nyai Kasihan “Rip kowe kudu cedhak ramamu” Rip kamu harus dekat dengan ayahmu. Rupanya Bu Nyai Kasihan mulai menangkap maksud nomer andong yang dimaksud tersebut,dan menyadari apa yang akan terjadi.
Siang harinya tanpa pamit Ndara Purba pergi meninggalkan rumah walaupun badannya terlihat lemah mungkin menderita sakit. Dalam perjalanannya beliau singgah di rumah Pak Karto di Ngadisuryan. Dan beliau jatuh sakit, selama empat hari tinggal di rumah Pak Karto. Sebenarnya pada saat mendengar kabar Ndara Purba sakit Bu Nyai Kasihan langsung mendatangi untuk merawat, akan tetapi beliau menolak. Bahkan ketika hendak didatangkan dokterpun beliau juga menolak, bahkan ketika Nyai Kasihan akan membawa pulang beliau ke rumah di Jalan Tukangan pun juga ditolak. Permintaan Ndara Purba justru minta didatangkan Mbah Beruk dari Sorosutan. Sabtu sore Mbok Beruk datang diikuti mbok Sowi atau Mangun Prawiro datang menunggui Ndara Purba yang tengah sakit selama sehari semalam. Pada hari minggu Kliwon saat matahari condong ke barat mBah Beruk masih menunggui Ndara Purba sedang mbok Sowi memijit mijit badan Ndara Purba. Saat itu Ndara Purba berpesan agar Mbah Beruk hati hati menjaga putra wayah.
Ki Ageng Prawira Purba saat itu terlihat lebih dekat dengan orang lain dibanding dengan keluarga sendiri/ibu Nyai Kasihan. Sekali lagi Ndara Purba berkata kepada Mbah Beruk bahwa saat akhir telah tiba mendapat panggilan Tuhannya.
Bu Nyai Kasihan kelihatan panik, usahanya sekali lagi untuk merawat suaminya agar kembali sehat, tetapi sekali lagi Ndara Purba tetap menolak segala tawarannya (dikalangan masyarakat Jawa fenomena tersebut sering disebut dengan fenomena “medot katresnan” atau upaya memutus cinta kasih,hal tersebut lazim dilakukan oleh orang yang hendak meninggal. Entah hal tersebut dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar tetapi upaya tersebut dilakukan agar orang tersebut dapat khusyu’ kembali kepada Tuhan dan dalam perjalanannya kealam kelanggengan tidak diperberat oleh rasa cintanya kepada keluarga).
Menghadapi penolakan yang berulang ulang tersebut emosi kewanitaan Nyai Kasihan timbul pula, dengan rasa jengkel maka keluarlah kata kata Nyai Kasihan kepada Ndara Purba “Jeneng bojo mestine uga kepengin suwita sing satemene, ning sing disuwitani kebangetan. Diboyong kundur ora kersa, didokterke ora kersa. Wong kok angel, yen angel kaya ngono ora kena disuwitani ya matia wae” Namanya istri pasti juga ingin berbakti kepada suami dengan sepenuh hati, tapi suami yang dibakti justru kebangetan. Diboyong pulang tidak mau, diperiksakan dokter juga tidak mau. Orang kok susah,kalau susah seperti itu tidak bisa dibakti ya mati saja.
Demi mendengar emosi Nyai Kasihan tersebut maka menjawablah Ndara Purba “o inggih, inggih, inggih ibu Nyai Kasihan menawi mekaten kersanipun kula badhe wangsul, kula pejah”. O ya, ya, ya Ibu Nyai Kasihan bila begitu keinginannya saya akan pulang, saya mati. Maka wafatlah Ndara Purba, Innalilahi wa ina ilaihi rajiun. Hingga hari terakhirnya pun Ndara Purba masih member kejutan, betapa terkejutnya Nyai Kasihan menyaksikan hal tersebut. Kata kata yang diungkapkan karena luapan kejengkelan, tapi rupanya kata kata tersebut menjadi kata penghabisan kepergian Ki Ageng Prawira Purba menghadap Tuhan. Suatu penyesalan yang sangat mendalam bagi Nyai Kasihan, tetapi semua itu tidak ada gunanya dan memang sebenarnya semua tersebut sudah menjadi garis dan takdir Tuhan.
Seorang anak manusia yang diwaktu mudanya telah digembleng seribu kehancuran, diceraiberaikan dari cinta kasih orangtua maupun saudara sehingga kematianlah yang diharapkan. Tetapi Tuhan menghendaki lain, Tuhan justru member kesempatan panjang berkembang, dan walau sebenarnya hidup ini sunyi.
Telah terbukti hidup yang sebelumnya terasa sendiri tetapi pada akhir perjalanan telah berkembang meluas. Telah banjir cinta meluap sanak saudara.
Tepat nama yang dipilih jauh sebelum tiba saat akhir perjalanan. Sepuluh tahun sebelum saatnya tiba telah dipilhnya pesanggrahan “Karang Kebolotan Sekar Megar Sore”
Beliau meninggal pada hari Minggu Kliwon, 4 Maret 1933 atau 15 Dulkaidah 1863 jam 16.35 di Ngadisuryan.
Jubah jembel Ki Ageng Prawira Purba yang terkenal tersebut waktu dilepas, kantong yang bergelantungan pada jubah tersebut dibuka satu persatu seluruh isinya dikumpulkan dan dengan disaksikan bersama dikumpulkan terdapat total uang senilai 60 ringgit.

Epilog

Upacara Pangrukti Jenazah

Sebenarnya Pak Karto yang tinggal di Ngadisuryan bukanlah saudara Ki Ageng Prawira Purba melainkan hanya kenalan dekat. Walaupun sudah seperti saudara sendiri, akan tetapi Pak Karto sesuai adat jawa tetaplah menjaga dan menghormati Trah keluarga Ndara Purba. Semua urusan pangrukti jenazah diserahkan kepada keluarga, dan atas musyawarah keluarga maka jenazah diboyong untuk dilakukan pangrukti dirumah saudara Ndara Purba yaitu rumah milik Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Purbaningrat di jalan Rotowijayan. Malam itu jenazah dipindahkan ke Purbaningratan Rotowijayan.

Dalam satu malam saja berita sudah menyebar luas, Ndara Purba yang dikenal luas masyarakat Yogyakarta telah meninggal. Keesokan harinya Senin Legi 5 Maret 1933 tamu meluber memenuhi jalan Rotowijayan dari timur hingga barat.

Upacara Pangrukti Layon (jenazah) dimulai jam 10.00 dilanjutkan upacara sembahyang jenazah dilakukan di Masjid Gedhe (masjid agung). Setelah disembahyangkan jenazah diberangkatkan ke Tahunan Semaki.
Jenazah yang rencananya akan diberangkatkan menggunakan kereta ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Penduduk yang ikut hadir menyampaikan penghormatan terakhir membludak sehingga jalanan penuh. Dari Purbaningratan hingga ke masjid agung, dan masjid agung hingga depan Kantor Pos Besar (samping BI).Dari Kantor Pos ke timur, Pakualaman, Sentul hingga Tahunan penduduk berderet memenuhi jalan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa peti jenazah tidak sempat dipikul karena penduduk berebut untuk ikut memikul hingga akhirnya peti jenazah berjalan secara berantai dari penduduk ke penduduk lainnya. Bahkan Kain lurup (penutup peti/jenazah) sudah habis saat sampai di tempat pemakaman Semaki. Pelayat berebut meminta secarik kain lurup sebagai kenang-kenangan terakhir dari Ndara Purba sang manusia pinilih.

Pagi itu di Karang Kebolotan Sekar Megar Sore terjadi kesibukan luar biasa, rumah dibersihkan juga gentan. Liang lahat yang rencananya akan diisi jenazah memancar mengeluarkan air dengan deras. Walaupun sudah dikuras terus menerus air tetap memancar. Diantara para pengunjung ada yang mencium bahwa air tersebut berbau wangi, ada juga yang mengatakan bahwa bumipun ikut menangisi seorang manusia pilihan. Hingga kedatangan jenazah di makam tersebut air masih terus memancar keluar. Hal tersebut membuat pelayat mulai resah, maka untuk menguasai keadaan dan untuk menghindarkan dari fitnah dan pemahaman yang kurang baik maka Kakak Sulung Ndara Purba yaitu KRT Purbakusuma yang saat itu menjabat sebagai wedana Kalasan berkata kepada jenazah “ Dimas Prawira Purba, olehe siram iki uwis dhisik, berkahe dikersakake kagem putra wayah kabeh” (Dimas Prawira Purba mandinya diselesaikan dahulu, berkahnya diminta untuk anak cucu semua). Maka surutlah air yang menggenang, dan pemakaman dapat dilangsungkan dengan baik. Ada berbagai macam pendapat terkait hal tersebut, ada yang mengatakan jurukunci yang berkata terhadap jenazah Ndara Purba, ada juga yang mengatakan bahwa surutnya air dikarenakan perbawa pusaka Ndara Purba.

Pada pemakaman tersebut disebutkan bahwa yang dimakamkan hari itu adalah:
Raden Mas Kusrin : Nama yang diberikan oleh orang tua
semenjak lahir
Raden Bekel Prawira Purba : Nama dari Keraton dengan jabatan Bekel
Kyai Jegot : Nama Sebutan dari sikap hidup beliau yang
sudah melepas dari ketergantungan duniawi
Kyai Sri Sedana : Nama pengabdiannya selama menghayati hidup
penuh penderitaan, keluar masuk desa
semata-mata hidupnya untuk mengabdi
kemanusiaan
Kyai Semar : Nama dalam perjalanan hidup yang selalu
bertindak sebagai pamomong yang selalu
memberi kesempatan orang lain bangkit
kehidupannya.

Dan bertempat pada tiangtimur utara pendapa.
Saat itu kepada para simpatisan setelah pulang lelayu dianjurkan sesaji :
1. apem tangkeban dengan jumlah sesuai dengan jumlah keluarga.
2. Krikil kali yang diambil dari krikil kali winongo sejumlah 30 (tiga puluh)
butir
3. Uang benggol dikapur separo.
Sesaji selama tiga hari tiga malam dan selesai itu dilarung.
Awal mula sesaji sendiri dilakukan sebagai upaya pengorbanan yang diiringi dengan doa, dan diharapkan doa tersebut diterima oleh Tuhan YME. Praktek sesaji pada jaman dahulu mengandung banyak arti, salah satu maksud dari sesaji yang saya ketahui adalah “Apem” sesaji apem berasal dari kata afuwun..berarti pemaaf, sehingga diharapkan sesaji tersebut perlambang permohonan agar yang didoakan dimaafkan segala dosanya. Ada juga sesaji yang menggunakan daun Kluwih disini mengandung arti Luwih atau lebih..jadi diharapkan agar yang berdoa diberi kelebihan atau keluwihan. Berdasar ilustrasi tersebut mohon agar praktek sesaji tersebut disikapi dengan kedewasaan secara spiritual.

Ceritera Kebangkitan setelah kematian

Senen Legi tanggal 5 Maret 1933

Pada hari tersebut dirumah Purbaningratan orang sibuk memandikan jenazah Ki Ageng Prawira Purba, tetapi dibeberapa tempat lain terjadi peristiwa yang bertentangan dengan kenyataan di Purbaningratan tersebut.

Prambanan
Di Prambanan pada saat yang sama terlihat Ki Ageng Prawira Purba berjalan sambil membawa pisang raja setangkep (sesisir) serta membawa sirih secandik.

Muntilan
Di Muntilan Magelang Ki Ageng Prawira Purbamembagi-bagikan pisang raja kepada orang-orang yang ditemui.

Alun-alun Pungkuran
Tempat tersebut relative tidak jauh dari Purbaningratanpada saat yang sama Ki Ageng Prawira Purba membagi-bagikan pisang raja kepada kepada orang-orang yang berada di warung.

Di beberapa tempat yang lain telah terlihat ki Ageng Prawira Purba akan tetapi tidak terjadi komunikasi antar yang melihat dengan yang dilihat. Yang menyaksikan kejadian tersebut karena berlangsung singkat tidak sempat berfikir menyadari kejanggalannya.

Atas beberapa kejadian tersebut sempat anggapan umum yang meragukan kematian Ki Ageng Prawira Purba. Hal tersebut berkembang menjadi desas desus yang meluas sehingga pihak berwenang hendak melakukan pembongkaran untuk membuktikan kebenaran cerita tersebut, tetapi karena fihak keluarga keberatan maka rencana tersebut tidak berlanjut.

Selasa Pahing 6 Maret 1933

Dengan cara berpakaian yang gembel dan perilaku terkesan angina-anginan, Ndara Purba sebenarnya dapat bergerak bebas, berjalan sekehndak hati, termasuk pergi menemui siapapun yang beliau kehendaki tanpa ada penghalang. Dari desa dan gubug reot hingga istana keraton pun tidak pernah gagal dan selalu diterima dengan baik.

Pada hari Selasa Pahing 6 Maret 1933 atau satu hari setelah dimakamkan Ki Ageng Prawira Purba terlihat menghadap Sri Susuhunan Paku Buwana XI di Keraton Surakarta. Kunjungan tersebut diterima dengan wajar sebagaimana mestinya. Tetapi pada saat itu dalam hati Sri Susuhunan sempat timbul tanda Tanya dalam hati karena terdengar berita kematian Ndara Purba, bahkan telah dikebumikan sehari sebelumnya. Tetapi kenapa hari ini yang bersangkutan hadir dan menghadap ditempat itu?.

Sebenarnya siapakah yang dikebumikan di makam Karang Kebolotan Sekar Megar Sore kemarin hari?. Akhirnya untuk mendapat kejelasan maka Sri Susuhunan secara diam-diam memerintahkan abdi dalem untuk datang ke Yogyakarta dengan berkendaraan mobil.

Setelah melakukan pengecekan maka abdi dalem kembali ke Keraton Surakarta untuk menyampaikan informasi yang didapatnya di Yogyakarta, dimana memang kemarin sudah dilakukan upacara penguburan. Akan tetapi pada saat abdi dalem tersebut kembali di Surakarta, sang tamu (Ndara Purba) yang menghadap Sri Susuhunan telah terlebih dahulu mohon diri untuk pulang.

Sekali lagi Ki Ageng Prawira Purba membuat kejutan yang tidak kepalang tanggung dan yang ditemui justeru penguasa tertinggi di Surakarta. Bagi seorang Raja peristiwa tersebut dihadapi dengan bijaksanademi menghormati ilmu Ki Ageng Prawira Purba.

Tahun 1934

Di Blora terdapat seorang murid Ki Ageng Prawira Purba yang sudah lama tidak datang ke Yogyakartasehingga beberapa saat hubungan agak terputus. Demikian pula berita terakhir dari Yogyakarta mengenai wafatnya Ndara Purba sang murid tersebut sama sekali tidak mengetahui.
Pada suatu hari di tahun 1934 datang Ndara Purba menengok sang murid dan terjadilah dialog sebagai berikut : Tanya Ki Ageng “Sampun sawatawis dangu panjenengan mboten rawuh dateng Ngayogya ?” (Sudah lama anda tidak datang ke Yogya?)

Dijawab oleh si murid “punten dalem sewu, nembe ribet pedamelan, ugi ingkang kagem sangu dereng nglempak ndara. Bilih Gusti marengaken minggu ngajeng dalem sowan”.(Maaf, sedang sibuk, juga uang belum terkumpul tuan, kalau diperbolehkan minggu depan saya akan menghadap ke Yogya).

Kata Ki Ageng Prawira Purba “Kaleresan ngaturi priksa pindah, menawi suwau kula wonten ndalem Tukangan sakpunika kula wonten Karang Kebolotan Sekar Megar Sore, dene papanipun kapernah wonten Kalurahan Tegal Tahunan Semaki.” (Sekalian memberi tahu kalau saya sekarang sudah pindah, kalau tadinya di Tukangan, sekarang di Karang Kebolotan Sekar Megar Sore, adapun tempatnya di Kalurahan Tegal Tahunan Semaki).
Jawab si murid “o inggih ndara, mbenjang dalem tantu madosi sowan” (o tentu tuan, besok saya pasti mencari tempatnya untuk menghadap).
Saat Ki Ageng Prawira Purba akan pulang sempat melihat burung perkutut milik tuan rumah, dan katanya “Kok Sae nggih peksine” (kok bagus ya burungnya).

Yang kemudian dijawab oleh tuan rumah “Inggih ndara radi sae, menawi nandalem kersakaken sumangga mbenjang pindah dalem caosaken” (iya tuan, agak bagus, kalau tuan berkenan besok sekalian kami haturkan).
Kata Ki Ageng “ O inggih matur kasuwun, sampun kasupen nggih” (oh ya, terimakasih jangan kelupaan ya).

Seminggu kemudian di statsiun Lempuyangan terdapat penumpang laki-laki yang turun dengan membawa dua buah kurungan burung perkutut. Orang tersebut dari stasiun berjalan kaki sambil Tanya kesana-sini mencari alamat Tegal Tahunan-Semaki.

Tepat jam 16.00 orang Blora tersebut telah sampai di tempat yang dituju. Di pintu gerbang Karang Kebolotan diterima oleh yang bertugas hari itu romo Somodani dan Raden Projolelono. Kehadirannya diterima dengan baik dengan basa basi sambil melepaskan lelah setelah seharian menempuh perjalanan, yang penting sudah sampai kerumah Ki Ageng Prawira Purba, nanti kalau sudah lepas lelah dan pikiran kembali tenang baru akan menghadap Ki Ageng Prawira Purba. Kebetulan sang tamu yang juga murid belia cukup memahami kebiasaan Ndara Purba yang sering keluar rumah, sehingga bila nanti terpaksa harus mencari keluar pun sudah dalam kondisi segar. Setelah hari semakin sore dan badan sudah segar kembali maka bertanyalah tamu kepada romo Somodani, dimanakah kira-kira dia dapat menghadap Ndara Prawira Purba. Maka dijawablah oleh room Somodani bahwa Ndara Purba telah wafat. Tetapi sang tamu menyangkal tidak percaya, terlebih mendapat penjelasan bahwa telah meninggal setahun yang lalu. Keduanya sempat bersitegang mempertahankan pendapat masing-masing, maka akhirnya si tamu diajak oleh romo Somodani masuk ke dalam rumah.
Betapa terkejutnya si tamu dari Blora tersebut demi menyaksikan nisan Ndara Purba, terpukau dan terdiam sekian lama. Perasaan sedih dan haru si murid karena tidak mendapat kesempatan untuk ikut menghantarkan jenazah orang yang ia kagumi. Dia pun menundukkan kepala memusatkan segala cipta rasa mengheningkan cipta kepada Ilahi dengan rasa syukur akan perjalanan yang dia saksikan, perjalanan seorang auliya yang telah mengorbankan segala kepentingan jasmaninya, diabdikan untuk seluruh kemanusiaan sebagai pengejawantahan kebaktian kepada Tuhannya. Sangat hormat dan kagum orang Blora tersebut, sebagaimana di gapura telah ditulis candrasengkala yang mengartikan tahun saat dikebumikan raga Ki Ageng Prawira Purba. Tetapi dengan segala keberhasilan ilmu hidup Ki Ageng Prawira Purba, seminggu yang lalu masih dapat muncul menampakkan diri dihadapan manusia lain.

Timbul pula pertanyaan di hatinya apakah betul sudah wafatkah Ndara Purba?atau sekedar usaha untuk menghindarkan diri dari kerumunan simpatisan orang yang jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Tidak mau ambil pusing, demi rasa hormatnya maka kedatangannya yang semula berniat untuk silaturahmi dan ngabekti sebagai seorang murid kepada sang guru maka kedatangannya dilanjutkan untuk teteki. Sedang burung perkutut keduanya diserahkan kepada jurukunci.

Setelah selesai pemakaman tanggal 5 Maret tahun 1933 dengan suasanan masih berkabung di makam tersebut putra wayah simpatisan masih tugur. Atas rasa handarbeni (memiliki)juga karena semua merasa ikut berkewajiban, maka atas musyawarah simpatisan, pengagum serta putra wayah yang ada saat itu dibentuk kelompok juru kunci angkatan ke 1 terdiri dari sepuluh orang yaitu:
1. Wonosemito
2. Pawirokromo
3. Potrodento
4. Pak Dikin
5. Somodani
6. Niti Jengot
7. Raden Digdo
8. Kromo Diharjo
9. Proyo Wiyogo
10. Niti Semito.

Juru kunci angkatan pertama tersebut selanjutnya semakin berkurang karena meninggal dunia dan terdapat penambahan-ppenambahan angkatan baru. Yang paling lama bertahan adalah Wonosemito yang paling akhir meninggal dunia.Demikian selanjutnya disusul formasi baru menurut kebutuhan perkembangannya.

di copy paste dari sumber cerita :
http://www.kaskus.co.id/thread/52427dbe3ecb17a27d00000a/kisah-cucu-hb-vi-raden-bekel-prawira-purba-korban-perusakan-makam-cucu-hb-vi/

12 komentar:

  1. Saya ibu nurhalisa tki singapore
    sudah 6 tahun saya di singapore bekerja jadi pembantu
    pengen pulang kampung tapi hutang masih banyak sama majikan
    saya selalu ikut masang nomor togel tidak perna tembus
    saya sudah pasra dan kami serahkan sama allah atas nasib kami
    dan secara kebetulan saya buka2 internet melihat postingan
    seseorang tentan MBAH SERO katanya paranormal yang bisa nembusin
    nomor togel jadi saya memberanikan diri untuk menghubungi
    MBAH saya menceritakan semua kekurangan dan nasib yang saya alami
    akhirnya beliau mau membantu dan saya di kasi angka 4D tembus 100%
    syukur alhamdulillah dapat kemenangan (700.juta) itu
    dalam buntuk uang indo terima kasih banyak MBAH SERO
    saya sudah bisa melunasi hutang sama majikan dan rencana saya
    mau pulang kampung untuk buka usaha saya sudah kapok jadi tki
    saya tidak bisa membalas budi baik MBAH SERO sekali lagi
    makasih banyak ya MBAH bagi teman2 yang menjadi tkw atau
    tki seperti saya anda butuh bantuan hubungi nomor hp:
    082-370-357-999 MBAH SERO
    ucapan beliau sangat bisa dipercaya dan terbukti nyata
    ini asli bukan rekayasa karna saya sudah membuktinnya sendiri..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

      Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

      Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

      Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

      Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

      Hapus
  2. http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/media-asing-ingatkan-indonesia-soal.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/terjebak-erupsi-wisatawan-asing-gratis.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/prihatin-soal-rudal-china-ajak-korut.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At murnivip .com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    BalasHapus
  3. Saya AHMAD MORY, saya di sini untuk membolehkan semua warganegara Indonesia dan warganegara Malaysia mengetahui tempat yang betul dan dinamik untuk mendapatkan pinjaman dengan cepat dari segi pemberian pinjaman dan dalam mata wang yang berlainan, FIRM PINJAMAN CHERYL MARTINS. Saya benar-benar memerlukan pinjaman kerana perniagaan saya berleluasa dan saya merasa sukar untuk mendapatkan pinjaman dari syarikat bank / kewangan lain kerana skor kredit saya. Saya terdesak untuk mencuba hampir setiap peluang untuk membuat wang di Internet dan saya mencari CHERY MARTINS dan perkhidmatannya adalah semangat udara segar dalam hidup saya. Akhirnya saya mendapati pemberi pinjaman sebenar dan perkhidmatan yang saya boleh percaya dan saya harus mengatakan bahawa CHERYL MARTINS LOAN FIRM tidak mengecewakan saya! Perkhidmatan yang diberikan kepada saya adalah sangat nyata dan Legit satu, akhirnya, masa depan kelihatan cerah untuk saya dan perniagaan saya, saya memohon pinjaman ($ 200,000.00) dan saya menerima dana saya dalam akaun bank saya dalam masa 24 jam dan pinjaman hanya menarik yuran insurans dan pemindahan sahaja dan selepas bayaran saya untuk pinjaman saya, saya menerima pinjaman saya di dalam akaun bank saya dan ibu Muslim yang setia sejati tidak menggagalkan saya selepas pembayaran saya. Saya memerlukan pinjaman untuk menghubungi CHERYL MARTINS untuk apa-apa jenis pinjaman yang anda perlukan hari ini, dengan kadar faedah 1% yang rendah dan program pembayaran yang lebih baik, sila hubungi CHERYL MARTINS (CMLF) melalui e-mel (CHERIL.MARTINSLOANFIRM@GMAIL.COM) atau anda masih boleh menghubungi saya di e-mel saya (ahmadrapa79@gmail.com) cheryl martins bersedia untuk menyelesaikan sebarang masalah kewangan yang mungkin anda hadapi sekarang

    BalasHapus
  4. Saya AHMAD MORY, saya di sini untuk membolehkan semua warganegara Indonesia dan warganegara Malaysia mengetahui tempat yang betul dan dinamik untuk mendapatkan pinjaman dengan cepat dari segi pemberian pinjaman dan dalam mata wang yang berlainan, FIRM PINJAMAN CHERYL MARTINS. Saya benar-benar memerlukan pinjaman kerana perniagaan saya berleluasa dan saya merasa sukar untuk mendapatkan pinjaman dari syarikat bank / kewangan lain kerana skor kredit saya. Saya terdesak untuk mencuba hampir setiap peluang untuk membuat wang di Internet dan saya mencari CHERY MARTINS dan perkhidmatannya adalah semangat udara segar dalam hidup saya. Akhirnya saya mendapati pemberi pinjaman sebenar dan perkhidmatan yang saya boleh percaya dan saya harus mengatakan bahawa CHERYL MARTINS LOAN FIRM tidak mengecewakan saya! Perkhidmatan yang diberikan kepada saya adalah sangat nyata dan Legit satu, akhirnya, masa depan kelihatan cerah untuk saya dan perniagaan saya, saya memohon pinjaman ($ 200,000.00) dan saya menerima dana saya dalam akaun bank saya dalam masa 24 jam dan pinjaman hanya menarik yuran insurans dan pemindahan sahaja dan selepas bayaran saya untuk pinjaman saya, saya menerima pinjaman saya di dalam akaun bank saya dan ibu Muslim yang setia sejati tidak menggagalkan saya selepas pembayaran saya. Saya memerlukan pinjaman untuk menghubungi CHERYL MARTINS untuk apa-apa jenis pinjaman yang anda perlukan hari ini, dengan kadar faedah 1% yang rendah dan program pembayaran yang lebih baik, sila hubungi CHERYL MARTINS (CMLF) melalui e-mel (CHERIL.MARTINSLOANFIRM@GMAIL.COM) atau anda masih boleh menghubungi saya di e-mel saya (ahmadrapa79@gmail.com) cheryl martins bersedia untuk menyelesaikan sebarang masalah kewangan yang mungkin anda hadapi sekarang

    BalasHapus
  5. Halo Setiap Satu, saya Puan Sara Carlos dari Maleysia, saya sangat gembira untuk memberi keterangan tentang bagaimana Tuhan mengarahkan saya kepada Legit dan pemberi kredit kredit yang telah mengubah hidup saya dan seluruh keluarga dari rumput menjadi rahmat, daripada menjadi miskin kepada wanita kaya yang kini boleh bermegah dengan kehidupan yang sihat dan kaya tanpa tekanan atau masalah kewangan. Selepas berbulan-bulan cuba mendapatkan pinjaman di internet dan menafikan jumlah Rm 35,750 saya menjadi begitu terdesak untuk mendapatkan pinjaman dari pemberi kredit kredit online yang tidak akan menambah kesakitan saya, maka saya memutuskan untuk menghubungi kawan saya Ahmad Mory yang baru-baru ini mendapat pinjaman internet dalam talian sebanyak $ 200,000 dari syarikat itu, kami membincangkan isu ini dan kesimpulan kami dia memberitahu saya tentang seorang wanita bernama Puan Cheryl Martins yang merupakan Ketua Pegawai Eksekutif Firma Pinjaman Cheryl Martins. Jadi, saya memohon pinjaman sebanyak RM 950,000.00 dengan kadar faedah yang rendah sebanyak 1%, jadi pinjaman itu diluluskan dengan mudah tanpa tekanan dan semua persiapan yang dibuat mengenai pemindahan kredit saya hanya membayar untuk pemindahan pinjaman saya dan yuran pengesahan bank saya dan kurang daripada 5 jam pinjaman saya didepositkan dalam akaun bank saya. Jadi, saya ingin memberi nasihat kepada setiap orang yang memerlukan pinjaman untuk menghubungi beliau melalui: (cheril.martinsloanfirm@gmail.com atau Whatsapp +2348148328732), Dia tidak tahu bahawa saya melakukan ini saya berdoa agar Tuhan akan memberkati cheryl dan beliau dengan kebahagiaan untuk perkara-perkara baik yang telah dilakukannya dalam hidup saya dan terima kasih kepada kesaksian mory Ahmad yang mengarahkan saya kepada syarikat ibu muslim yang benar yang setia, Anda juga boleh menghubungi saya di carlossara986@gmail.com untuk maklumat lanjut dan di sini juga kenalan rakan saya ahmadrapa79@gmail.com yang memperkenalkan saya kepada Puan Cheryl Martins, Anda juga boleh menghubunginya

    BalasHapus
  6. Aku indriaty manirjo, saya ingin bersaksi pekerjaan yang baik dari Allah dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari untuk pinjaman di Asia dan bagian lain dari kata, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka orang yang mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman penipuan di sini di internet, tetapi mereka masih asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban dari suatu 6-kredit pemberi pinjaman penipuan, saya kehilangan begitu banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Aku hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari utang saya sendiri, sebelum aku rilis dari penjara dan teman yang saya saya menjelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya ke perusahaan pinjaman reliabl yang MAGRETSPENCERLOANCOMPANY. Saya mendapat pinjaman saya Rp850,000,000 dari MAGRETSPENCERLOANCOMPANY sangat mudah dalam 24 jam yang saya diterapkan, Jadi saya memutuskan untuk berbagi pekerjaan yang baik dari Allah melalui MAGRETSPENCERLOANCOMPANY dalam kehidupan keluarga saya. Saya meminta nasihat Anda jika Anda membutuhkan pinjaman Anda lebih baik kontak MAGRETSPENCERLOANCOMPANY. menghubungi mereka melalui email:. (magretspencerloancompany@gmail.com)
    Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (indriatymanirjo010@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau ingin prosedur untuk memperoleh pinjaman.

    BalasHapus
  7. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Budiwati Permata, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirimkan dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan berjanji ini dan itu, orang-orang menganggur, saya sarankan Anda semua harus sangat berhati-hati

    beberapa bulan yang lalu, saya tegang secara finansial dan sangat membutuhkan pinjaman untuk mendapatkan bisnis saya kembali, saya tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya Dian Pelangi yang merujuk saya kepada pemberi pinjaman yang sangat bisa diandalkan bernama Christabel's Missan ibu yang baik, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan 800 juta dalam waktu kurang dari 20 jam tanpa tekanan atau tekanan dan bunga hanya 2%

    Saya terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya gunakan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, silakan hubungi ibu yang baik melalui email: christabelloancompany@gmail.com

    dan dengan rahmat Tuhan dia tidak akan mengecewakanmu mendapatkan pinjaman jika kamu memegang perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: permatabudiwati@gmail.com
    dan teman saya Dian Pelangi yang memperkenalkan saya dan memberi tahu saya tentang Ny. Christabel, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ny. Christabel, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email: (lianmeylady@gmail.com) sekarang,

    yang akan saya lakukan adalah mencoba memenuhi pembayaran pinjaman bulanan saya yang saya kirim langsung ke akun ibu Christabel. Anda masih dapat menghubungi ibu yang baik, What'sApp Number +15614916019

    mohon bijaksana dan semoga Allah membimbing kita semua

    BalasHapus
  8. Whatsapp: +19147057484
    Nama saya Merpati Darma, dari kota Depok di Indonesia, saya seorang Islam yang taat, saya ingin menggunakan media ini untuk membagikan kesaksian hidup saya yang sebenarnya dan sekali lagi untuk mengingatkan semua orang di sini yang hanya ingin mengajukan pinjaman untuk menghubungi ibu Rika Anderson, Dia adalah permata langka dan seorang ibu yang baik hati yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan ketika saya mengajukan pinjaman ke RIKA ANDERSON LOAN COMPANY, karena dia meminjamkan saya pinjaman saya sebesar Rp350 juta dan hidup saya dan seluruh hidup keluarga saya telah berubah secara finansial, saya sekarang punya bisnis sendiri di kota, membayar hutang saya, keluarga saya bahagia dan anak-anak saya di sekolah yang baik, beberapa bulan yang lalu, saya mengalami kesulitan keuangan dan karena kebutuhan saya yang mendesak untuk mendapatkan pinjaman, saya ditipu oleh perusahaan pinjaman. Saya kehilangan harapan sampai hari yang setia ini saya sedang memeriksa pinjaman blog dan saya menemukan kesaksian seorang dermawan dari perusahaan pinjaman Rika Anderson dan saya memutuskan untuk menghubungi ibu Rika Anderson melalui email: rikaandersonloancompany@gmail.com Whatsapp: +19147057484 untuk pinjaman dan setelah mengikuti kebijakan perusahaan , pinjaman saya disetujui dan diproses dengan benar dan dalam waktu kurang dari 2 jam saya menerima Rp350 juta di rekening bank saya. jadi saya mendorong sesama orang Indonesia dan Asia yang membutuhkan pinjaman untuk menghubungi ibu RIKA ANDERSON LOAN COMPANY melalui email: rikaandersonloancompany@gmail.com dan Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya: merpatidarma@gmail.com untuk informasi lebih lanjut.
    rikaandersonloancompany@gmail.com

    BalasHapus
  9. KABAR BAIK !!! KABAR BAIK !!! KABAR BAIK!!!

    Halo semua, nama saya Mrs. Arya Theresia, saya dari Indonesia, saya ingin menggunakan media ini untuk membagikan kesaksian saya tentang bagaimana saya mendapatkan pinjaman dari MRS CHRISTY MORRIS LOAN FIRM karena begitu banyak pemberi pinjaman kredit palsu di sini di internet dan juga untuk memberi tahu Anda bahwa saya adalah korban penipu internet berkali-kali, jadi saya tidak kehilangan harapan sampai saya dirujuk oleh seorang teman ke pemberi pinjaman terpercaya bernama MRS. CHRISTY MORRIS yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp850.000,0000 dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan, saya sarankan CHRISTY MORRIS LOAN FIRM adalah yang terbaik dan saya berdoa Tuhan akan memberkati mereka dan menjaga bisnis mereka maju, Amin

    Jika Anda memerlukan bantuan tentang cara mendapatkan pinjaman, Anda dapat menghubungi saya melalui email: (aryatheresia750@gmail.com)

    Anda dapat menghubungi perusahaan secara langsung dengan pinjaman mereka
    Email: (christymorrisloanfirm@gmail.com)
    Terima kasih.

    BalasHapus
  10. Nama saya Aditya Aulia saya mengalami trauma keuangan karena saya ditipu dan ditipu oleh banyak perusahaan pinjaman online dan saya pikir tidak ada yang baik bisa keluar dari transaksi online tapi semua keraguan saya segera dibawa untuk beristirahat saat teman saya mengenalkan saya. untuk Ibu pada awalnya saya pikir itu masih akan menjadi permainan bore yang sama saya harus memaksa diri untuk mengikuti semua proses karena mereka sampai pada kejutan terbesar saya setelah memenuhi semua persyaratan karena permintaan oleh proses saya bisa mendapatkan pinjaman sebesar 350jt di rekening Bank Central Asia (BCA) saya saat saya waspada di telepon saya, saya tidak pernah mempercayainya, agaknya saya bergegas ke Bank untuk memastikan bahwa memang benar ibu kontak sekarang mengalami terobosan pemanasan jantung dalam kehidupan finansial Anda melalui apakah itu BBM INVITE-nya: {D8980E0B} atau apakah kamu ingin mengkonfirmasi dari saya? Anda bisa menghubungi saya melalui surat saya: {aditya.aulia139@gmail.com} dan juga Anda bisa menghubungi perusahaan ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY (ISKANDAR LENDERS) via: {mail:iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}

    e_mail:::[aditya.aulia139@gmail.com]
    [iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]
    WhatsApp:::[+44] 7480 729811[Chats Only]
    Telephone Number☎[+44] 7480 729811[Calls Only]
    BBM INVITE:::[D8980E0B]

    BalasHapus
  11. Assalamualaikum Wr Wb

    Apakah Anda memiliki masalah keuangan dan Anda sedang mencari bantuan Pinjaman asli, Kami di sini untuk membantu Anda dengan Pinjaman untuk meringankan bisnis Anda dan menyelesaikan semua hutang Anda, kami menyediakan semua jenis pinjaman, besar atau kecil, ini adalah peluang Anda untuk finansial kebebasan.Kami menawarkan yang berikut ini.

    √ Pinjaman Bisnis Besar

    √ Pinjaman Bisnis Kecil

    √ Pinjaman Rumah Baru

    √ Pinjaman mobil

    √ Pinjaman Pertanian Besar atau kecil

    √ Pinjaman untuk proyek jangka panjang atau pendek

    √ Mulai Pinjaman bisnis

    √ Koperasi Pinjaman

    √ Pinjaman untuk Proyek yang ada

    Mengapa Anda harus memilih kami.

    + Kami memberikan pinjaman dengan suku bunga yang sangat rendah

    + Tidak masalah dari negara mana Anda berasal, kami akan meminjamkan Anda.

    + Proses kami sangat mudah dan sederhana. sangat orang bisa memahaminya.

    + Kami adalah perusahaan yang sangat jujur dan dapat diandalkan.

    + Kami tidak memberikan informasi pribadi Anda kepada siapa pun, informasi Anda aman bersama kami.

    Tujuan utama kami adalah meminjamkan sebanyak mungkin yang Anda inginkan dan siap untuk mendapatkan pinjaman, Anda harus mengatakan pada diri sendiri cukup, Anda tidak dapat terus membiarkan kurangnya uang membatasi pertumbuhan bisnis Anda. hubungi kami dengan informasi kontak kami di bawah ini dan biarkan kami bergandengan tangan dengan memberikan Anda pinjaman yang akan membantu mengembangkan bisnis Anda. Anda tidak perlu khawatir, kami sangat dapat dipercaya dan Bersedia meminjamkan Anda.

    Hubungi kami dengan:
    Perusahaan: Femi Otedola Loan Firm  
    Email: femiotedolaloanfirm@gmail.com
    Email: femiotedolaloanfirm1@outlook.com
    WA: +1(469) 464-5833 (Chat only) 
    Call: +1(469) 464-5833 (Calls only)
     
    atau kunjungi Situs web kami dan gunakan Kontak Kami dan kami akan membalasnya kepada Anda.

    Situs web: https://femiotedolaloanfirm.blogspot.com

    Hubungi kami hari ini dan mari bantu mengembangkan bisnis Anda.

    BalasHapus